Selasa, 08 September 2015

Impact Chapter IV (Red string of fate)



Disclaimer: I do not own Inuyasha

Author’s Note: This last chapter included some fluffy things, please enjoy ^^.

Kagome senang melihat ibunya tersenyum bahagia tetapi tetap saja pikirannya melayang kepada kata-kata kakaknya barusan. Siapa yang diundangnya? Cinta pertama Kikyo yang menolaknya karena dia lebih menyukai Kagome, semoga saja dia bukan Hojo karena itu adalah hal yang terakhir dia inginkan di hari ulang tahunnya. Hari ini adalah harinya untuk berkumpul dan berbahagia dengan keluarga, merayakan ulang tahunnya dan diam-diam merayakan masalahnya yang telah terpecahkan dengan kakaknya. Tidak ada lagi salah sangka dan dia berharap tidak akan ada drama murahan seperti itu lagi selamanya! Tapi Kagome ragu kalau cinta pertama Kikyo itu Hojo, Kikyo itu wanita dengan karakter kuat. Tipe sepertinya pasti akan menyukai laki-laki yang melebihinya, hanya tersisa beberapa laki-laki yang masuk kategori itu yang dikenal Kagome. Lamunannya sedikit terganggu saat ibunya dengan ceria merangkulnya dan memeluk bahunya dengan tangan kanannya saat Kagome duduk disampingnya di ruang tengah.

"Hari ini aku sangat bahagia Kagome" ibunya menepuk-nepuk lengan Kagome yang menatapnya dengan senyum yang masih terpahat di wajahnya, secara tak langsung itulah cara ibunya mengatakan dia sangat senang anak-anak perempuannya kembali akur. Sesaat kemudian pandangan ibunya teralih kebelakang Kagome dia lalu menpersilahkan tamu itu untuk duduk bersama mereka, mulut Kagome terbuka dan menutup saat melihat tamu yag disambut Kikyo ternyata Sesshoumaru!

Sesshoumaru mengenakan celana panjang hitam dan sweater lengan panjang berwarna krem duduk di seberang meja menatap Kagome yang terkejut dengan pandangan geli terpancar dari matanya, satu sudut bibirnya sedikit terangkat keatas hanya untuk sedetik. Tak lama Kikyo bergabung bersama mereka dengan Inuyasha yang berada disampingnya, "Itu dia" tidak ada suara yang keluar dari mulut Kikyo hanya gerakkan bibirnya dan dia sedikit menoleh kepada Seshoumaru yang berada disebelah kanannya. Apa? Maksudnya cinta pertamanya itu adalah Sesshoumaru? Dan, dan Sesshoumaru sudah menyukaiku sejak dulu? Tidak mungkin....

"Ngomong-ngomong terima kasih banyak untuk kejutan ini" Kagome berbisik kepada Kikyo yang sekarang duduk disamping kanannya.

"Apakah kau menyukainya?" tanyanya.

"Aku suka, aku sangat suka" jawab Kagome.

"Maksudmu kamu sangat suka ‘dia’ kan? Semenjak inti kejutan untukmu adalah Sesshoumaru" senyum nakal terpampang di wajah kakaknya membuat wajah Kagome memerah karena dia tahu hanya Sota, kakek, dan ibunya yang tidak mendengar bisik-bisik mereka.

Setelah selesai makan malam dan mengobrol, Kagome dan Sesshoumaru memutuskan untuk berjalan-jalan dibawah cahaya bulan. Sota dan Ji-chan masih menonton tv di ruang tengah, ibunya di dapur membersihkan piring kotor, dia tidak membiarkan dia dan Kikyo menolong. Saat ini Kikyo sedang bersama Inuyasha entah dimana, sebelum dia menghilang dia meminta maaf pada Kagome karena pernah masuk ke kamarnya tanpa izin untuk mencari nomor Sesshoumaru untuk mengundangnya ke pesta kejutan ini. Kikyo bisa saja meminta nomor ponsel Sesshomaru lewat Inuyasha tetapi egonya menentangnya. Dia berharap mereka bisa menekan ego masing-masing dan membiarkan hati merekalah yang berbicara, karena mereka berdua orang-orang yang disayanginya mereka berdua berhak bahagia.

Kagome tidak bisa berhenti tersenyum, kakaknya yang dulu telah kembali, dan disinilah dia duduk dibangku samping Goshinboku disinari cahaya bulan keperakan yang indah bersamanya. Dia menatap sosok disampingnya cahaya keperakan bulan penuh itu menerangi mereka, membuat wajahnya yang maskulin melembut, matanya menerawang jauh ke langit malam. Kagome sangat penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh sosok disebelahnya, sosok yang terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan.

Mereka berdua duduk berdekatan walaupun masih banyak ruang yang tersisa, mereka sangat menikmati waktu bersama dalam diam menatap bintang dikejauhan. Walau banyak sekali yang ingin diucapkan oleh Kagome, dia tetap terdiam terlalu takut untuk merusak susanan ini hanya dengan racauannya. Lagipula kerisauan yang selama ini bersarang diotaknya telah hilang, tiga hari yang menyiksa kini terbayar oleh bahagia yang tiada tara. Sejak dulu Sesshoumaru sudah menyukaiku? Ini terasa seperti mimpi ataukah ini memang mimpi, pikirnya. Dia hampir bisa merasakan detak jantungnya berdentum keras didadanya, dia pasti bisa mendengarnya wajahnya memerah hanya dengan memikirkan itu. Apakah dia pernah merasakan yang aku rasakan? jantungku selalu berdetak kencang seakan hendak melompat keluar disaat dia menatap tajam mataku? Aku penasaran...

"Apa yang membuatmu malu Kagome?" dia bertanya dengan suara baritonnya yang dalam.

"Mm...tidak" dia mengigit bibir bawahnya, dia sedikit memalingkan wajah. Tanpa dia sadari Sesshoumaru memperhatikan dari sudut matanya, tangan kirinya bergerak memeluk lengan kiri Kagome. Tanpa diperintah Kagome menyandarkan kepalanya di bahu kiri Sesshoumaru, tangannya kirinya kini bersemayam di dada bidang Sesshoumaru. Kagome samar-samar mendengar suara kakaknya terkesiap dan dia mendengar suara bahan berkelebat dengan amat cepat, tetapi dia terlalu nyaman di posisinya saat ini untuk merepotkan dirinya untuk menoleh dan mencari tahu dari mana suara itu berasal.

“Sepertinya bukan hanya kau sangat menyukai kejutan yang diberikan” nadanya sedikit mengejek, pandangannya sedikit teralih ke suatu tempat di belakang Kagome untuk beberapa saat lalu kembali lagi menatap langit. “Mereka pergi” katanya.

Kagome tahu yang dimaksud olehnya adalah Kikyo dan Inuyasha.

Kagome tahu kalau yang dimaksud olehnya adalah Kikyo, dan suara yang tadi kemungkinan besar adalah suara Inuyasha bersama Kikyo entah pergi kemana.

“Iya benar, aku sangat menyukainya. Karena tidak setiap hari aku mendapati kejutan, ya kan? Dan tidak setiap hari kejutanku yang arogan dan sombong itu akhirnya sedikit keluar dari sikap dinginnya” Kagome balas mengejek, tetapi dia tidak terpengaruh. Kagomepun tidak terpengaruh dengan sikap acuhnya “Sesshoumaru” panggilnya, suaranya ragu-ragu.

“Bicaralah Kagome”

“Kikyo memberitahuku sesuatu dan aku..” Kagome tidak berani memandang Sesshoumaru. “Dan aku penasaran” nadanya sedikit membujuk.

“Seperti kau tidak selalu penasaran tentang sesuatu Kagome” nadanya dingin.

“Kikyo itu cantik, dan dia dulu menyukaimu” belum sempat Kagome melanjutkan kata-katanya Sesshoumaru memotong perkataannya.

“Apa yang ingin kau katakan Kagome?” tatapannya mulai mengeras.

“Aku hanya ingin tahu apa yang ada di pikiranmu dan apa yang ada di dalam hatimu. Karena terkadang kau begitu susah untuk ditebak bahkan setelah aku mengenalmu lebih dekat beberapa bulan ini, tahukah kau terkadang itu sangat menyiksaku?” wajah Kagome menampakkan semua kefrustasiannya selama ini.

“Terkadang aku merasa kau begitu jauh tetapi terkadang kau membuatku merasa spesial, aku tidak tertarik untuk memainkan teka-teki mu lebih jauh lagi. Aku sangat lelah dengan semua itu, semua permainan ‘hati’ yang kita mainkan. Kau tidak tahu bagaimana rasanya diriku yang selalu memikirkanmu tiga hari ini, aku merasa amat sangat bodoh. Aku sangat bodoh untuk menanti kabar darimu, karena tak ada kabar satupun darimu, setelah...” Kagome tergagap sesaat mencari kata yang tepat “after that almost kiss!”

“Kamu membuatku hampir gila dengan pikiran-pikiranku sendiri yang merusak, tahukah kamu bahwa tadi sore aku bertengkar dengan kakakku. Aku meluapkan semua isi hati yang selama ini aku coba untuk tahan karena aku tahu dia akan terluka bila mendengarnya. Tapi iya, semua itu aku keluarkan. Aku benar-benar merasa sangat buruk! Kau pun tak tahu pemicu pertengkaran itu hanya karena aku mendengarnya berbicara denganmu di telepon” Sesshoumaru tetap terdiam tenang menanggapi Kagome yang berbicara bagai tanpa spasi.

“Kamu yang menolak panggilan telepon dariku, tetapi menerima panggilan dari kakakku. Itu sangat menyakitkan untukku, karena aku sangat merindukanmu. Tiga hari itu menyiksa, karena aku.. aku sangat merindukanmu” suaranya tidak lagi mantap, keraguan membuat suara Kagome tenggelam di akhir kalimat. Dadanya bergerak naik turun, karena semua luapan emosinya. Tatapan Kagome yang marah hanya terlihat seksi di mata Sesshoumaru.

“Aku benci untuk mengakui ini tapi aku pikir kau benar, percakapan pertama kita. Aku tidak pernah merasa kehilangan Inuyasha seperti aku kehilanganmu tiga hari ini, aku...”

Kalimat Kagome terpotong, tiba-tiba Sesshoumaru mencium bibir Kagome yang kini membatu karena efek ciuman yang tiba-tiba itu. Matanya terbelalak kemudian segera terpejam setelah mengetahui apa yang terjadi. Apa yang dilakukan Sesshoumaru bukanlah yang dia duga, tapi bukan berarti tidak dia harapkan sama sekali. Sebaliknya inilah yang sangat dia harapkan, ciuman pertamanya dengan orang yang sangat dia cintai.

"Tiga hari yang terpanjang dihidupku" suaranya membuat hatinya bergetar, tangan kanan Sesshoumaru yang besar dan hangat berada di leher Kagome menopangnya untuk mendongak lebih jauh. Ibu jarinya bergerak perlahan, membelai, menulusuri rahang Kagome. Tatapannya tak lepas dari bibir Kagome yang telah terpisah secara sukarela, menanti Sesshoumaru.

Kagome membuka mata, dan terkagum-kagum dengan apa yang dilihatnya. Wajah Sesshoumaru begitu dekat dengan wajahnya, Kagome menelusuri tanda di keningnya. Lalu menelusuri garis hidungnya yang hampir bersentuhan dengan ujung hidungnya. Kemudian pandangan matanya tertumbuk kepada mata emas hangat yang setengah terbuka, mata indah itu terpaku di bibirnya. Matanya sangat...

Tujuan Kagome meluapkan isi hati panjang lebar belum tercapai, dia telah mengungkapkan isi hatinya. Dia telah menekan egonya kuat-kuat dan mengatakan semuanya dengan lantang, dia menyukai Sesshoumaru, dia merindukannya, dia mengakui tidak pernah merasa kehilangan seperti yang dirasakannya, dia mengatakan kalau dia merindukannya! Dia butuh kata-katanya, dia butuh pengakuan Sesshoumaru

"Kikyo memintamu agar datang kesini" itu sebuah pernyataan bukan pertanyaan dari Kagome.

"Hn.." hanyalah jawabannya.

"Dan kau datang.." tatapan Kagome pun tak lepas dari bibir Sesshoumaru.

"Aku memang akan datang kesini, walaupun tidak ada yang meminta" Kagome sangat menyukai suara Sesshoumaru, suaranya terdengar sangat merdu ditelinganya. “Aku mempunyai masalah penting yang sudah aku diskusikan dengan ayahku, dan harus aku selesaikan sesegera mungkin” Kagome tersenyum saat nafas Sesshoumaru yang hangat membelai lembut wajahnya.

"Bila aku menolak?" tanyanya menggoda.

Sesshoumaru menatapnya lekat ada sesuatu yang lain di matanya saat ini, matanya seakan menghipnotis Kagome menjadi tak dapat bergerak dan tidak dapat mersakan hal yang lain selain hangat nafasnya. Kali ini Kagome seakan bisa merasakan detak jantung Sesshoumaru yang berdetak kencang di balik dadanya, detaknya lebih kencang seperti menggelitik telapak tangannya. Membuat hasrat itu muncul di dalam dirinya dan dia juga bisa melihat hasrat yang sama itu menari di matanya.

"Kamu tidak akan menolak" kata-katanya seakan tenggelam disaat bibir Sesshoumaru menyentuh bibirnya, rasanya hangat, lembut dan manis. Alam bawah sadarnya yang menggerakkan Kagome tanpa perlu berpikir sedetikpun dia langsung membalas ciuman itu. Hal yang selama ini di mimpikannya, di idam-idamkannya, dan di butuhkannya. Bibir Kagome menekan pelan dan lembut merasakan teksturnya menghirup hangat nafasnya yang khas, dia menelengkan kepalanya sedikit ke kanan agar lebih memudahkannya bergerak dalam tarian hasrat yang mereka mainkan. Tangan kanan Sesshoumaru yang menopang leher Kagome bergerak melingkari lehernya, kepala Kagome sekarang ditopang oleh lengannya yang kuat. Tangan kiri Kagome berada di belakang kepala Sesshoumaru bergerak membelai, merasakan rambutnya yang halus meluncur diantara jari-jarinya. Sesshoumaru menariknya lebih erat kedalam pelukannya tangan kirinya berada dilekuk pinggang Kagome menariknya lebih erat.

Tak ada jarak lagi diantara mereka berdua yang bergerak dengan alunan lembut nan indah, ciuman itu penuh cinta mengungkapkan perasaan mereka yang dalam. Tidak ada lagi keraguan akan perasaan diantara diri mereka masing-masing, tidak ada tabir penghalang bernama harga diri ataupun perasaan tidak aman yang menguras emosi. Alam pun seakan berpadu dengan mereka, semilir suara tiupan angin yang berbisik membelai dedaunan yang bergemerisik. Samar-samar nyanyian jangkrik lembut di kejauhan, cahaya silver rembulan yang indah menerangi gelap malam misterius dihiasi kerlip bintang sebagai latar belakang, dua insan yang memadu kasih. Sesshoumaru mengecup pelan bibir Kagome sebelum menarik diri untuk memandang wajahnya tetapi masih mendekapnya dalam pelukan erat. Mata Kagome perlahan membuka, sedikit sedih ciuman itu telah berakhir tetapi bersemangat menanti yang akan datang.

“Iya, aku tidak akan menolak” Kagome tersenyum lembut, untuk sesaat dia ragu- ragu namun akhirnya dia memberanikan diri untuk menulusuri kedua garis magenta di pipi Sesshoumaru dengan ujung jari-jarinya, hal yang selama ini ingin dilakukannya. Mata Sesshoumaru tertutup menikmati sentuhan Kagome, dia mengeluarkan geraman yang membuat beberapa bagian tubuh Kagome merespons dengan cara yang belum pernah Kagome rasakan sebelumnya.

Tiba-tiba pergelangan tangan Kagome ditangkap oleh Sesshoumaru membuat gerakannya terhenti, matanya mengeras menatap Kagome. Ketakutan menyelimuti Kagome, ketakutan bila ada kesalahan yang telah diperbuatnya yang akan membuat Sesshoumaru menjauh darinya. Dia tak ingin itu terjadi, dia benar-benar takut itu terjadi.

“Maaf” katanya sambil mencoba menarik tangannya tetapi Sesshoumaru tetap menahannya, pandangan mereka bertemu.

“Kagome” suaranya seperti bisikan, kepalanya bergerak perlahan mendekat. Bibir Sesshoumaru menyentuh lembut pipi Kagome, bibir Kagome pun menyentuh pipi Sesshoumaru tepat di ujung garis magentanya. Sesshoumaru terus bergerak perlahan, membuat Kagome menelusuri garis magenta itu dengan bibirnya seperti yang selama ini di khayalkannya. Sesshoumaru berhenti tepat di telinganya, nafasnya menggelitik.

“Jadilah pasanganku Kagome” bisik Sesshoumaru lembut, dan Kagome terkesiap.

Kagome mengangguk, matanya berkaca-kaca. Tidak ada kata yang dapat terucap dari Sesshoumaru yang ingin dia dengar dan harapkan lebih dari itu, itu adalah puncak pengharapannya. Dia mempererat pelukannya seakan-akan hidupnya bergantung kepada Sesshoumaru, senyum lebar terukir di wajah cantiknya. Hari ini adalah harinya, apa yang terjadi hari ini diatas mimpinya. Pertengkaran yang terjadi dengan kakaknya adalah satu jalan yang harus dia lewati di roller coaster kehidupannya, jalan yang membawanya ke momen ini. Momen dimana kedua ujung benang merah bertemu di tengah, jalan dari benang merah takdir yang mempersatukannya dengan Sesshoumaru. Jalan mereka masih panjang tapi Kagome yakin benang merah mereka tidak akan merapuh.

----The End-----

End Notes: Gw nulis ini sambil dengerin ‘Futari No Kimochi’ ngebantu bgt ngayalin adegan terakhir ini hohoho :o  Thanks buat siapapun yang kuat baca sampai selesai :p Don’t forget to review ok? Okay then, Domo Arigato ^^.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar