Selasa, 08 September 2015

Impact Chapter IV (Red string of fate)



Disclaimer: I do not own Inuyasha

Author’s Note: This last chapter included some fluffy things, please enjoy ^^.

Kagome senang melihat ibunya tersenyum bahagia tetapi tetap saja pikirannya melayang kepada kata-kata kakaknya barusan. Siapa yang diundangnya? Cinta pertama Kikyo yang menolaknya karena dia lebih menyukai Kagome, semoga saja dia bukan Hojo karena itu adalah hal yang terakhir dia inginkan di hari ulang tahunnya. Hari ini adalah harinya untuk berkumpul dan berbahagia dengan keluarga, merayakan ulang tahunnya dan diam-diam merayakan masalahnya yang telah terpecahkan dengan kakaknya. Tidak ada lagi salah sangka dan dia berharap tidak akan ada drama murahan seperti itu lagi selamanya! Tapi Kagome ragu kalau cinta pertama Kikyo itu Hojo, Kikyo itu wanita dengan karakter kuat. Tipe sepertinya pasti akan menyukai laki-laki yang melebihinya, hanya tersisa beberapa laki-laki yang masuk kategori itu yang dikenal Kagome. Lamunannya sedikit terganggu saat ibunya dengan ceria merangkulnya dan memeluk bahunya dengan tangan kanannya saat Kagome duduk disampingnya di ruang tengah.

"Hari ini aku sangat bahagia Kagome" ibunya menepuk-nepuk lengan Kagome yang menatapnya dengan senyum yang masih terpahat di wajahnya, secara tak langsung itulah cara ibunya mengatakan dia sangat senang anak-anak perempuannya kembali akur. Sesaat kemudian pandangan ibunya teralih kebelakang Kagome dia lalu menpersilahkan tamu itu untuk duduk bersama mereka, mulut Kagome terbuka dan menutup saat melihat tamu yag disambut Kikyo ternyata Sesshoumaru!

Sesshoumaru mengenakan celana panjang hitam dan sweater lengan panjang berwarna krem duduk di seberang meja menatap Kagome yang terkejut dengan pandangan geli terpancar dari matanya, satu sudut bibirnya sedikit terangkat keatas hanya untuk sedetik. Tak lama Kikyo bergabung bersama mereka dengan Inuyasha yang berada disampingnya, "Itu dia" tidak ada suara yang keluar dari mulut Kikyo hanya gerakkan bibirnya dan dia sedikit menoleh kepada Seshoumaru yang berada disebelah kanannya. Apa? Maksudnya cinta pertamanya itu adalah Sesshoumaru? Dan, dan Sesshoumaru sudah menyukaiku sejak dulu? Tidak mungkin....

"Ngomong-ngomong terima kasih banyak untuk kejutan ini" Kagome berbisik kepada Kikyo yang sekarang duduk disamping kanannya.

"Apakah kau menyukainya?" tanyanya.

"Aku suka, aku sangat suka" jawab Kagome.

"Maksudmu kamu sangat suka ‘dia’ kan? Semenjak inti kejutan untukmu adalah Sesshoumaru" senyum nakal terpampang di wajah kakaknya membuat wajah Kagome memerah karena dia tahu hanya Sota, kakek, dan ibunya yang tidak mendengar bisik-bisik mereka.

Setelah selesai makan malam dan mengobrol, Kagome dan Sesshoumaru memutuskan untuk berjalan-jalan dibawah cahaya bulan. Sota dan Ji-chan masih menonton tv di ruang tengah, ibunya di dapur membersihkan piring kotor, dia tidak membiarkan dia dan Kikyo menolong. Saat ini Kikyo sedang bersama Inuyasha entah dimana, sebelum dia menghilang dia meminta maaf pada Kagome karena pernah masuk ke kamarnya tanpa izin untuk mencari nomor Sesshoumaru untuk mengundangnya ke pesta kejutan ini. Kikyo bisa saja meminta nomor ponsel Sesshomaru lewat Inuyasha tetapi egonya menentangnya. Dia berharap mereka bisa menekan ego masing-masing dan membiarkan hati merekalah yang berbicara, karena mereka berdua orang-orang yang disayanginya mereka berdua berhak bahagia.

Kagome tidak bisa berhenti tersenyum, kakaknya yang dulu telah kembali, dan disinilah dia duduk dibangku samping Goshinboku disinari cahaya bulan keperakan yang indah bersamanya. Dia menatap sosok disampingnya cahaya keperakan bulan penuh itu menerangi mereka, membuat wajahnya yang maskulin melembut, matanya menerawang jauh ke langit malam. Kagome sangat penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh sosok disebelahnya, sosok yang terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan.

Mereka berdua duduk berdekatan walaupun masih banyak ruang yang tersisa, mereka sangat menikmati waktu bersama dalam diam menatap bintang dikejauhan. Walau banyak sekali yang ingin diucapkan oleh Kagome, dia tetap terdiam terlalu takut untuk merusak susanan ini hanya dengan racauannya. Lagipula kerisauan yang selama ini bersarang diotaknya telah hilang, tiga hari yang menyiksa kini terbayar oleh bahagia yang tiada tara. Sejak dulu Sesshoumaru sudah menyukaiku? Ini terasa seperti mimpi ataukah ini memang mimpi, pikirnya. Dia hampir bisa merasakan detak jantungnya berdentum keras didadanya, dia pasti bisa mendengarnya wajahnya memerah hanya dengan memikirkan itu. Apakah dia pernah merasakan yang aku rasakan? jantungku selalu berdetak kencang seakan hendak melompat keluar disaat dia menatap tajam mataku? Aku penasaran...

"Apa yang membuatmu malu Kagome?" dia bertanya dengan suara baritonnya yang dalam.

"Mm...tidak" dia mengigit bibir bawahnya, dia sedikit memalingkan wajah. Tanpa dia sadari Sesshoumaru memperhatikan dari sudut matanya, tangan kirinya bergerak memeluk lengan kiri Kagome. Tanpa diperintah Kagome menyandarkan kepalanya di bahu kiri Sesshoumaru, tangannya kirinya kini bersemayam di dada bidang Sesshoumaru. Kagome samar-samar mendengar suara kakaknya terkesiap dan dia mendengar suara bahan berkelebat dengan amat cepat, tetapi dia terlalu nyaman di posisinya saat ini untuk merepotkan dirinya untuk menoleh dan mencari tahu dari mana suara itu berasal.

“Sepertinya bukan hanya kau sangat menyukai kejutan yang diberikan” nadanya sedikit mengejek, pandangannya sedikit teralih ke suatu tempat di belakang Kagome untuk beberapa saat lalu kembali lagi menatap langit. “Mereka pergi” katanya.

Kagome tahu yang dimaksud olehnya adalah Kikyo dan Inuyasha.

Kagome tahu kalau yang dimaksud olehnya adalah Kikyo, dan suara yang tadi kemungkinan besar adalah suara Inuyasha bersama Kikyo entah pergi kemana.

“Iya benar, aku sangat menyukainya. Karena tidak setiap hari aku mendapati kejutan, ya kan? Dan tidak setiap hari kejutanku yang arogan dan sombong itu akhirnya sedikit keluar dari sikap dinginnya” Kagome balas mengejek, tetapi dia tidak terpengaruh. Kagomepun tidak terpengaruh dengan sikap acuhnya “Sesshoumaru” panggilnya, suaranya ragu-ragu.

“Bicaralah Kagome”

“Kikyo memberitahuku sesuatu dan aku..” Kagome tidak berani memandang Sesshoumaru. “Dan aku penasaran” nadanya sedikit membujuk.

“Seperti kau tidak selalu penasaran tentang sesuatu Kagome” nadanya dingin.

“Kikyo itu cantik, dan dia dulu menyukaimu” belum sempat Kagome melanjutkan kata-katanya Sesshoumaru memotong perkataannya.

“Apa yang ingin kau katakan Kagome?” tatapannya mulai mengeras.

“Aku hanya ingin tahu apa yang ada di pikiranmu dan apa yang ada di dalam hatimu. Karena terkadang kau begitu susah untuk ditebak bahkan setelah aku mengenalmu lebih dekat beberapa bulan ini, tahukah kau terkadang itu sangat menyiksaku?” wajah Kagome menampakkan semua kefrustasiannya selama ini.

“Terkadang aku merasa kau begitu jauh tetapi terkadang kau membuatku merasa spesial, aku tidak tertarik untuk memainkan teka-teki mu lebih jauh lagi. Aku sangat lelah dengan semua itu, semua permainan ‘hati’ yang kita mainkan. Kau tidak tahu bagaimana rasanya diriku yang selalu memikirkanmu tiga hari ini, aku merasa amat sangat bodoh. Aku sangat bodoh untuk menanti kabar darimu, karena tak ada kabar satupun darimu, setelah...” Kagome tergagap sesaat mencari kata yang tepat “after that almost kiss!”

“Kamu membuatku hampir gila dengan pikiran-pikiranku sendiri yang merusak, tahukah kamu bahwa tadi sore aku bertengkar dengan kakakku. Aku meluapkan semua isi hati yang selama ini aku coba untuk tahan karena aku tahu dia akan terluka bila mendengarnya. Tapi iya, semua itu aku keluarkan. Aku benar-benar merasa sangat buruk! Kau pun tak tahu pemicu pertengkaran itu hanya karena aku mendengarnya berbicara denganmu di telepon” Sesshoumaru tetap terdiam tenang menanggapi Kagome yang berbicara bagai tanpa spasi.

“Kamu yang menolak panggilan telepon dariku, tetapi menerima panggilan dari kakakku. Itu sangat menyakitkan untukku, karena aku sangat merindukanmu. Tiga hari itu menyiksa, karena aku.. aku sangat merindukanmu” suaranya tidak lagi mantap, keraguan membuat suara Kagome tenggelam di akhir kalimat. Dadanya bergerak naik turun, karena semua luapan emosinya. Tatapan Kagome yang marah hanya terlihat seksi di mata Sesshoumaru.

“Aku benci untuk mengakui ini tapi aku pikir kau benar, percakapan pertama kita. Aku tidak pernah merasa kehilangan Inuyasha seperti aku kehilanganmu tiga hari ini, aku...”

Kalimat Kagome terpotong, tiba-tiba Sesshoumaru mencium bibir Kagome yang kini membatu karena efek ciuman yang tiba-tiba itu. Matanya terbelalak kemudian segera terpejam setelah mengetahui apa yang terjadi. Apa yang dilakukan Sesshoumaru bukanlah yang dia duga, tapi bukan berarti tidak dia harapkan sama sekali. Sebaliknya inilah yang sangat dia harapkan, ciuman pertamanya dengan orang yang sangat dia cintai.

"Tiga hari yang terpanjang dihidupku" suaranya membuat hatinya bergetar, tangan kanan Sesshoumaru yang besar dan hangat berada di leher Kagome menopangnya untuk mendongak lebih jauh. Ibu jarinya bergerak perlahan, membelai, menulusuri rahang Kagome. Tatapannya tak lepas dari bibir Kagome yang telah terpisah secara sukarela, menanti Sesshoumaru.

Kagome membuka mata, dan terkagum-kagum dengan apa yang dilihatnya. Wajah Sesshoumaru begitu dekat dengan wajahnya, Kagome menelusuri tanda di keningnya. Lalu menelusuri garis hidungnya yang hampir bersentuhan dengan ujung hidungnya. Kemudian pandangan matanya tertumbuk kepada mata emas hangat yang setengah terbuka, mata indah itu terpaku di bibirnya. Matanya sangat...

Tujuan Kagome meluapkan isi hati panjang lebar belum tercapai, dia telah mengungkapkan isi hatinya. Dia telah menekan egonya kuat-kuat dan mengatakan semuanya dengan lantang, dia menyukai Sesshoumaru, dia merindukannya, dia mengakui tidak pernah merasa kehilangan seperti yang dirasakannya, dia mengatakan kalau dia merindukannya! Dia butuh kata-katanya, dia butuh pengakuan Sesshoumaru

"Kikyo memintamu agar datang kesini" itu sebuah pernyataan bukan pertanyaan dari Kagome.

"Hn.." hanyalah jawabannya.

"Dan kau datang.." tatapan Kagome pun tak lepas dari bibir Sesshoumaru.

"Aku memang akan datang kesini, walaupun tidak ada yang meminta" Kagome sangat menyukai suara Sesshoumaru, suaranya terdengar sangat merdu ditelinganya. “Aku mempunyai masalah penting yang sudah aku diskusikan dengan ayahku, dan harus aku selesaikan sesegera mungkin” Kagome tersenyum saat nafas Sesshoumaru yang hangat membelai lembut wajahnya.

"Bila aku menolak?" tanyanya menggoda.

Sesshoumaru menatapnya lekat ada sesuatu yang lain di matanya saat ini, matanya seakan menghipnotis Kagome menjadi tak dapat bergerak dan tidak dapat mersakan hal yang lain selain hangat nafasnya. Kali ini Kagome seakan bisa merasakan detak jantung Sesshoumaru yang berdetak kencang di balik dadanya, detaknya lebih kencang seperti menggelitik telapak tangannya. Membuat hasrat itu muncul di dalam dirinya dan dia juga bisa melihat hasrat yang sama itu menari di matanya.

"Kamu tidak akan menolak" kata-katanya seakan tenggelam disaat bibir Sesshoumaru menyentuh bibirnya, rasanya hangat, lembut dan manis. Alam bawah sadarnya yang menggerakkan Kagome tanpa perlu berpikir sedetikpun dia langsung membalas ciuman itu. Hal yang selama ini di mimpikannya, di idam-idamkannya, dan di butuhkannya. Bibir Kagome menekan pelan dan lembut merasakan teksturnya menghirup hangat nafasnya yang khas, dia menelengkan kepalanya sedikit ke kanan agar lebih memudahkannya bergerak dalam tarian hasrat yang mereka mainkan. Tangan kanan Sesshoumaru yang menopang leher Kagome bergerak melingkari lehernya, kepala Kagome sekarang ditopang oleh lengannya yang kuat. Tangan kiri Kagome berada di belakang kepala Sesshoumaru bergerak membelai, merasakan rambutnya yang halus meluncur diantara jari-jarinya. Sesshoumaru menariknya lebih erat kedalam pelukannya tangan kirinya berada dilekuk pinggang Kagome menariknya lebih erat.

Tak ada jarak lagi diantara mereka berdua yang bergerak dengan alunan lembut nan indah, ciuman itu penuh cinta mengungkapkan perasaan mereka yang dalam. Tidak ada lagi keraguan akan perasaan diantara diri mereka masing-masing, tidak ada tabir penghalang bernama harga diri ataupun perasaan tidak aman yang menguras emosi. Alam pun seakan berpadu dengan mereka, semilir suara tiupan angin yang berbisik membelai dedaunan yang bergemerisik. Samar-samar nyanyian jangkrik lembut di kejauhan, cahaya silver rembulan yang indah menerangi gelap malam misterius dihiasi kerlip bintang sebagai latar belakang, dua insan yang memadu kasih. Sesshoumaru mengecup pelan bibir Kagome sebelum menarik diri untuk memandang wajahnya tetapi masih mendekapnya dalam pelukan erat. Mata Kagome perlahan membuka, sedikit sedih ciuman itu telah berakhir tetapi bersemangat menanti yang akan datang.

“Iya, aku tidak akan menolak” Kagome tersenyum lembut, untuk sesaat dia ragu- ragu namun akhirnya dia memberanikan diri untuk menulusuri kedua garis magenta di pipi Sesshoumaru dengan ujung jari-jarinya, hal yang selama ini ingin dilakukannya. Mata Sesshoumaru tertutup menikmati sentuhan Kagome, dia mengeluarkan geraman yang membuat beberapa bagian tubuh Kagome merespons dengan cara yang belum pernah Kagome rasakan sebelumnya.

Tiba-tiba pergelangan tangan Kagome ditangkap oleh Sesshoumaru membuat gerakannya terhenti, matanya mengeras menatap Kagome. Ketakutan menyelimuti Kagome, ketakutan bila ada kesalahan yang telah diperbuatnya yang akan membuat Sesshoumaru menjauh darinya. Dia tak ingin itu terjadi, dia benar-benar takut itu terjadi.

“Maaf” katanya sambil mencoba menarik tangannya tetapi Sesshoumaru tetap menahannya, pandangan mereka bertemu.

“Kagome” suaranya seperti bisikan, kepalanya bergerak perlahan mendekat. Bibir Sesshoumaru menyentuh lembut pipi Kagome, bibir Kagome pun menyentuh pipi Sesshoumaru tepat di ujung garis magentanya. Sesshoumaru terus bergerak perlahan, membuat Kagome menelusuri garis magenta itu dengan bibirnya seperti yang selama ini di khayalkannya. Sesshoumaru berhenti tepat di telinganya, nafasnya menggelitik.

“Jadilah pasanganku Kagome” bisik Sesshoumaru lembut, dan Kagome terkesiap.

Kagome mengangguk, matanya berkaca-kaca. Tidak ada kata yang dapat terucap dari Sesshoumaru yang ingin dia dengar dan harapkan lebih dari itu, itu adalah puncak pengharapannya. Dia mempererat pelukannya seakan-akan hidupnya bergantung kepada Sesshoumaru, senyum lebar terukir di wajah cantiknya. Hari ini adalah harinya, apa yang terjadi hari ini diatas mimpinya. Pertengkaran yang terjadi dengan kakaknya adalah satu jalan yang harus dia lewati di roller coaster kehidupannya, jalan yang membawanya ke momen ini. Momen dimana kedua ujung benang merah bertemu di tengah, jalan dari benang merah takdir yang mempersatukannya dengan Sesshoumaru. Jalan mereka masih panjang tapi Kagome yakin benang merah mereka tidak akan merapuh.

----The End-----

End Notes: Gw nulis ini sambil dengerin ‘Futari No Kimochi’ ngebantu bgt ngayalin adegan terakhir ini hohoho :o  Thanks buat siapapun yang kuat baca sampai selesai :p Don’t forget to review ok? Okay then, Domo Arigato ^^.

Impact Chapter III The Truth



Disclaimer: I don't own any of Inuyasha character in this story, Inuyasha belongs to Rumiko Takahashi sensei.
Sial! Aku sangat membenci ini, merasa seperti orang asing dirumahku sendiri. Ini semua karena dia, belum puaskah dia? Terserah mau apa dia sekarang, apapun itu sepertinya itu bukan sesuatu yang bagus. Aku benci mempunyai pikiran buruk seperti ini, entahlah....

“Oi, Kagome!” sebuah suara yang amat dikenalnya terdengar dia menoleh mencari sumber suara tersebut, Inuyasha yang mengenakan celana jins biru t-shirt abu-abu dengan jaket merahnya dan sebuah baseball cap muncul dari belakangnya dia tersenyum.

"Hai Inuyasha" jawabnya setengah hati.

Inuyasha duduk di kanan Kagome, pandanganya menyelidik "Apa yang kau lakukan disini sendirian?" suara menyebalkan yang Kagome rindukan.

"Cuma cari angin" Kagome tersenyum tipis, kemudian keheningan yang canggung sesaat.

"Kagome, maafkan aku" ucapnya tanpa melihat Kagome.

"Untuk apa?" masih dengan nada datarnya.

"Kau tahu, pertemuan terakhir kita" suaranya hampir seperti bisikan

"Itu bukan salahmu, Inuyasha" Inuyasha menatapnya "semua itu hanya salah paham, jadi jangan pernah merasa tidak enak" tidak ada keraguan sedikitpun yang terpancar dari suaranya, Kagome berkata tulus. Kini amarahnya mulai mereda, ia merasa sangat lelah tidak ada tenaga bahkan untuk marah.

"Aku sama sekali tidak tahu bahwa kamu..." dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.

"Kamu tidak tahu apa? Kamu tidak tahu bahwa aku dulu menyukaimu?" Kagome tertawa kecil "Itu sudah bukan masalah lagi sekarang, ya kan?" kata-katanya terdengar asam ditelinganya. “Aku akan selalu menyayangimu sebagai sahabat ‘menyebalkan’ terbaikku” mendengar itu Inuyasha tersenyum kecil.

"Lagipula kejadian itu terjadi bukan tanpa alasan, pasti ada sesuatu yang disiapkan untukku" Kagome seperti meyakinkan dirinya sendiri dengan ucapannya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Kikyo?" tanya inuyasha lagi.

"Aku belum benar-benar berbincang dengannya, tiga hari ini aku dirumah. Rasanya sedikit aneh, kami hanya berbicara seperlunya saja dan sampai beberapa saat yang lalu aku..." kali ini Kagome menatap kedua ujung sepatunya "Aku meledak saat aku mendengar dia menelepon Sessshoumaru, aku begitu marah karena dia tidak menjawab teleponku tapi dia menjawab telepon dari Kikyo” sedih dan marah bercampur didalam suaranya.

Rasanya aneh saat dia mengucapkan itu, rasanya itu hanyalah masalah sepele. Seharusnya dia tidak begitu marah kepada Kikyo karena Sesshoumaru tidak menjawab teleponnya, itu memang masalah sepele andai saja dia tidak menyukai Sesshoumaru. Andai saja kejadian enam bulan yang lalu itu tidak terjadi, andai saja kakaknya tidak mengucapkan hal-hal yang menyakitkan hatinya, tidak menuduhnya serendah itu. Semua itu seakan bom waktu, rasa cemburu dan takut kehilangan Sesshoumaru merupakan perpaduan yang pas dengan amarah dan dendam yang terpendam kepada kakaknya lebih dari cukup membuat hal sepele itu menjadi pemicu.

"Apa? Pangeran es itu?" Inuyasha setengah berteriak, dia benar-benar terkejut. Belum sempat Kagome menjelaskan apa yang terjadi dia sudah bertanya lagi “Apa sekarang Kikyo dengan bajingan itu?" Kagome tidak tahu harus berkata apa.

"Bukankah kamu dan Kikyo" Kebingungan jelas tersirat dari suara Kagome. "Tunggu! Dia bukan bajingan, dia itu baik dewasa, dan perhatian" dengan spontan dia membela laki-laki yang menguasai hatinya, bahkan dari adiknya sendiri.

Inuyasha terkejut mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Kagome, dia terkejut karena Kagome kini membela Sesshoumaru. Dulu dia hanya mengacuhkan ocehannya tentang Sesshoumaru, tapi sekarang. Apa karena kini mereka belajar di universitas yang sama lalu mereka menjadi dekat? Tadi Kagome bilang penyebab pertengkaran dia dan Kikyo kali ini adalah Sesshoumaru, apakah itu berarti mereka berdua menyukai Sesshoumaru? Kedengarannya tidak masuk akal baginya, dua perempuan yang dia sayang selain ibunya. Yang satu adalah sahabat terbaiknya sedangkan yang satu adalah cinta pertamanya, mereka sekarang menyukai Sesshoumaru? Si bajingan yang arogan, dingin, perfeksionis, sadistis, dan sombong!

"Maksudku, Sesshoumaru itu orang baik, sama sepertimu. Walaupun tidak satupun diantara kalian berdua yang menunjukkan kebaikan kalian dengan cara yang sama yang seperti orang lain lakukan” Kagome kikuk, apa yang akan Inuyasha pikirkan kalau tahu sekarang dia menyukai Sesshoumaru.

“Aku tidak tahu harus bangga atau tersinggung kau menyamakan aku dengan..” Inuyasha berhenti, dia menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata panggilan ‘tersayangnya’ untuk sang kakak “Dia” Inuyasha menyeringai, menatap mata Kagome dia menggodanya "Kau menyukainya ya?" salah satu sudut bibirnya terangkat "Tapi jangan katakan kamu berdua bertengkar lagi dan kali ini karena pangeran es itu?".

“Berhenti menggodaku” Kagome meninju pelan lengan Inuyasha “Lagipula kau belum menjawab pertanyaanku Inuyasha"

“Walaupun aku tidak akur dengannya, tapi bila kau dengannya aku... tenang” Inuyasha berkata dengan canggung “Dia adalah satu-satunya laki-laki yang aku yakin akan menjagamu dengan baik, akan sedikit overprotektif tapi tidak diragukan lagi” mendengar itu wajah Kagome kembali memerah.

Inuyasha menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan Kagome dengan setengah hati "Iya kami putus Kagome" kata-kata yang keluar dari mulut Inuyasha membuat pikiran Kagome kembali ke kejadian tadi,  jadi apakah Kikyo dan Sesshoumaru dekat? “Tidakkah kau mau mengucapkan selamat kepadaku” dia tersenyum pahit.

Mereka berdua menghela nafas disaat yang bersamaan lalu mereka berdua saling pandang lalu Kagome tertawa kecil, Inuyasha berpaling lalu menatap ke kejauhan dia memasang lagi topeng laki-laki tangguhnya. Seakan-akan semua itu tidak masalah baginya, tapi Kagome tahu dia sangat sedih. Dia terlalu mengenal baik Inuyasha, untuk tidak melihat kesedihan yang berusaha ditekan dalam-dalam olehnya.

"Bagaimana bisa?” tanyanya penasaran, Kagome memang tidak menyangka akan berakhir seperti itu. Dia pikir hubungan mereka berdua akan baik-baik saja atau bahkan lebih baik bila dia pergi.

"Feh!" Inuyasha tahu yang dimaksud Kagome adalah bagaimana hubungan dia dan Kikyo kandas.

"Sudahkah kau menjelaskan kepadanya Inuyasha?"

"Tentu saja sudah Kagome, kau pikir aku sebodoh itu?" salah satu alisnya terangkat, Kagome hanya diam saja dia terlalu malas untuk berdebat seperti dulu.

"Aku telah menjelaskan kepadanya, tapi satu bulan sejak kejadian itu dia memintaku untuk menjauh darinya dia ingin sendiri" suaranya datar tapi tidak dengan wajahnya yang dirundungi kesedihan.

"Kau masih mencintainya" kata-kata itu meluncur begitu saja Kagome masih memandangnya tetapi Inuyasha tidak berpaling masih tetap menatap kekejauhan dihadapannya, dia merasa ikut sedih dan kasihan kepada Inuyasha. Saat ini sudah tidak ada lagi perasaannya yang tertinggal untuk Inuyasha seperti dulu selain perasaan sayangnya sebagai sahabat.

"Perempuan bodoh" gerutunya.

"Apa!?" setengah teriak Kagome hampir saja menyemburnya dengan amarah

"Kikyo, dia bodoh! Aku masih merasa buruk bila mengingat kejadian itu, apakah dia tidak mempercayaiku? Aku tidak percaya hubungan kami sedangkal itu, apakah rasa percayanya kepadaku setipis itu... " tangannya terangkat ke udara seperti menyerah "Dia mengacaukan semuanya, dia terlalu termakan amarah untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya" suaranya dalam penuh emosi, kata-kata Inuyasha seperti kunci yang membuka ruang di pikiran Kagome yang selama ini terabaikan.

Bodoh? Sepertinya kali ini akulah yang bodoh, aku tidak berpikir dengan jernih. Akulah yang mengacau kali ini, akulah yang terlalu termakan oleh amarahku, rasa cemburu, dan keraguan akan ketidak pastian hubunganku dengan Sesshoumaru. Rasa bersalah langsung menghantamnya bagaikan, ratusan batu bada yang menimbunnya. Kemana pergi dirinya yang selalu percaya akan benang merah takdir? Benang merah itu tidak akan pernah salah menjalin dua insan, dia selalu percaya itu. Bagaimanapun perjalanan hidup berkelok-kelok kedua ujung benang itu akan tetap terikat, dan menyatukan sepasang dua hati di satu ikatan. Hati Kagome menjadi lebih tenang, senyum terukir di wajahnya.

"Aku rasa kakakku tidak bodoh Inuyasha, dia hanya terlalu mencintaimu" Inuyasha memandang Kagome dengan heran, lalu dia tersenyum melihat senyum tulus di wajah Kagome tahu dia menahan diri untuk tidak menyangkalnya.

“Kagome.." dia tidak dapat melanjutkan kata-katanya.

Kagome menatap sahabat terbaiknya,tersenyum "Arigato Inuyasha" ucapnya.

"Feh, untuk apa bodoh?" kebingungan jelas tersirat dari wajahnya .

"Untuk berbicara denganku dan membuka pikiranku" ujarnya dengan senyum manis, Inuyasha memalingkan wajahnya.

"Ayo, kuantar kau pulang sebentar lagi gelap" dia sudah bangkit dari duduknya lalu Kagome mengikutinya.

Tadinya dia berpikir kedatangan Inuyasha hanya akan membuatnya bertambah marah tetapi yang terjadi justru sebaliknya, dia memberi sedikit pencerahan. Ada perubahan di dalam diri Inuyasha selama mereka tidak bertemu, dia tidak terlalu menyebalkan seperti sebelumnya. Inuyasha berubah, bukan hanya perubahan secara fisik saja, dia menjadi sedikit lebih dewasa. Mereka berjalan berdampingan dalam diam tenggelam dalam pikiran masing-masing, hingga tiba di kaki tangga menuju rumahnya. Kagome berpamitan mengucapkan terima kasih lalu mereka berpisah.


Hari sudah gelap saat Kagome tiba diambang pintu “Tadaima” Kagome mengucap salam dengan ceria namun tidak ada jawaban terdengar

Hanya suara samar-samar seseorang yang berbicara di kejauhan saat dia memasuki rumah, tidak ada suara tv yang biasanya menhiasi rumahnya di jam-jam seperti ini. Ruang tengah adalah tempat pertama yang ia masuki untuk mencari anggota keluarganya, tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu bersama mereka. Betapa kagetnya Kagome saat menggeser pintu kesamping, meja ditengah ruangan telah dipenuhi oleh berbagai macam makanan yang hanya tersedia di acara-acara khusus. Hampir semua adalah makanan kesukaannya, ditengah meja terdapat satu buah Red Velvet dari toko kue kesukaannya dengan ucapan untuknya dan lilin-lilin yang belum tersentuh api. Kakeknya, Sota dan ibunya mengucapkan selamat ulang tahun secara bersamaan sambil melepaskan confetti.

Tidak butuh waktu lama untuk air mata menggenang di pelupuk matanya, mereka mengingatnya ia bahkan lupa bahwa hari ini hari ulang tahunnya terakhir kali dia mengingatnya minggu lalu. Bagaimana hari cepat berlalu, ia pikir masih beberapa hari lagi ulang tahunnya.

"Happy birthday Kagome" ucap ibunya saat dia duduk disebelah ibunya, Kagome langsung menghambur ke pelukan ibunya.

"Happy birthday sis!" Kagome masih memeluk ibunya saat suara Sota yang bersemangat terdengar di telinganya, Kagome berbalik lalu merangkul Sota.

"Selamat ulang tahun Kagome, aku harap kau dapat menyimpan ini baik-baik" kakeknya memberinya sebuah cangkang yang dipercaya olehnya sebuah sirip ikan duyung yang termasuk warisan keluarga Higurashi turun temurun, cangkang yang bila disimpan dengan baik akan membawa kesuksesan dan keberuntungan untuk meraih apapun yang diinginkan.

"Arigato mama, Sota, kakek.... aku sangat menyukainya" Kagome menghapus air mata disudut matanya, hari ini seperti roller coaster baginya.

"Hei, Sota dimana Kikyo?" tanya ibunya kepalanya menengok kekanan dan ke kiri.

"Dia pergi ke kamarnya 10 menit yang lalu" kakeknyalah yang menjawab.

"Dialah yang merencanakan pesta kejutan ini untukmu Kagome" ibunya menatapnya dalam-dalam, seakan telah mengerti semua yang telah terjadi. Dengan tatapannya yang lembut seakan-akan memohon agar Kagome dan Kikyo menyudahi apapun yang mereka pertengkarkan.

Kagome memberi ibunya senyum pengertian "Aku akan memanggilnya" Kagome bangkit dari duduknya.

"Sota jangan terlalu banyak minum soda" suara ibunya dan yang lain perlahan menghilang saat Kagome menaiki tangga.

Kagome setengah berlari saat menaiki tangga, ia mengutuk dirinya sendiri di dalam hati. Dia merasa buruk kepada kakaknya, atas apa yang baru-baru saja dia lakukan.Kata-kata Inuyasha benar-benar menohoknya keras, membuatnya melihat kesalahannya sendiri. Dia tidak akan membiarkan dirinya lebih jauh lagi termakan oleh prasangka-prasangka buruk yang telah merusaknya. Kini dihadapannya adalah pintu kamar Kikyo, seketika itu juga keraguannya lenyap, digantikan keberanian untuk merasakan penyesalan dan rasa bersalah. Dia mengetuk pintu dengan lembut.

"Kak” panggilnya “Aku ingin berbicara denganmu, jika kau tidak tidak keberatan" suaranya terdengar jauh ditelinganya sendiri.

Pintu terbuka, dihadapannya kakaknya memakai celana jins biru dan sweater putih duduk. Kikyo berdiri tegak dengan wajah datar menatap Kagome yang dengan canggung berdiri di ambang pintu.

"Masuklah" perintahnya, dia berjalan lalu dia di tepi ranjangnya. Tangannya menepuk kasur di sebelah kirinya, mengundang Kagome untuk duduk di sisinya kali ini Kagome menurut.

"Maafkan aku, tentang apa yang terjadi tadi" ia menghela nafas "Aku tidak tahu darimana aku harus memulainya, tapi aku benar-benar menyesal" kata-katanya tersendat-sendat, mata Kagome terpejam dia menggelengkan kepala cepat. "Banyak sekali yang ingin kubicarakan denganmu kak tetapi” ia tertunduk.

“Aku rasa aku masih marah atas kejadian itu" Kagome seperti berbicara kepada tangan dipangkuannya. "Aku marah karena kau tidak percaya kepadaku. aku marah atas apa yang kau katakan waktu itu" suaranya bergetar. "Kamu tahu aku menyukai Inuyasha, tapi itu bukan alasan untukku" Kagome menatap kakaknya dalam-dalam.

"Aku tidak melakukan seperti apa yang kamu tuduhkan" kekecewaan jelas terpancar dari suaranya. "Dia sahabatku dan kau kakakku yang dulu selalu menyayangi dan melindungiku" ia menarik nafas "Aku pergi ke universitas yang jauh dari rumah karena aku tidak ingin menjadi penghalang kalian, aku tidak ingin kamu merasa bersalah atau merasa kasihan padaku dan aku akan bahagia bila kalian berdua bahagia" Kikyo tak melepaskan pandangannya. “Aku harap kau mau memaafkan aku” suaranya bergetar oleh emosi.

"Kagome, seharusnya akulah yang meminta maaf kepadamu" kedua alisnya berkerut ditengah "Akulah yang salah aku bukanlah kakak yang baik" dia tertunduk karena malu. "Saat itu aku sangat cemburu kepadamu karena laki-laki yang pertama kali memikat hatiku lebih menyukaimu, walaupun dia tidak menunjukkannya kepadamu saat itu tapi aku yakin untuk beberapa alasan" dia tersenyum melihat kebingungan jelas di wajah Kagome.

"Kagome, dulu aku marah kepadanya dan aku marah kepadamu. Kau selalu menjadi musim panas yang hangat dan dicintai semua orang dan aku selalu menjadi musim dingin” Kikyo menunduk lagi, poninya menutupi matanya. “Aku sangat iri denganmu, sikapmu yang selalu hangat membuatmu bisa dengan mudah berteman dengan siapapun, kau begitu mudah untuk dicintai tidak seperti aku" mendengar pengakuan kakaknya membuat hatinya terenyuh dia sama sekali tidak menyangka selama ini itulah yang dirasakan oleh kakaknya.

"Karena itu aku menerima Inuyasha saat dia mengungkapkan perasaannya kepadaku. Hanya karena aku tahu kau amat sangat menyukainya, aku ingin kau merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Maaf, aku tahu aku jahat kepadamu. Tidak apa-apa bila kau membenciku" ia memalingkan wajahnya "Maaf" suaranya tercekat. Tidak ada kemarahan lagi dihati Kagome, hanya perasaan kasihan yang tersisa untuk kakaknya. Kakaknya yang dulu dikaguminya ternyata iri padanya, dia sama sekali tak menyangka itulah alasan dibalik semuanya. Dibalik sikap dinginnya dia terkubur oleh rasa kegelisahan dan ketidaknyamanannya pada diri sendiri.

Kagome tertawa kecil "Kakak, kau tahu siapa yang dari dulu aku kagumi? Itu adalah kau. Kepintaranmu, sikapmu, kedewasaanmu, dan semua tentangmu” dia tersenyum, menggenggam tangan kakaknya. Dengan lembut menepuk-nepuknya, mencoba menghiburnya. “Ngomong-ngomong aku sangat menyukai musim dingin, aku suka salju. Hanya  di musim dinginlah aku bisa melihat malaikat di tanah, hal-hal yang menyenangkan banyak terjadi di musim dingin. Kita biasanya berbaring di salju, membuat pola malaikat. Di musim dingin hampir semuanya tertutup salju yang putih, mencerminkan kesucian dan keindahan. Dan putihnya salju mengingatkanku kepada laki-laki yang juga sangat mencintai musim dingin. Dia sangat kehilangan saat musim dingin pergi meninggalkannya, dia akan melakukan apapun agar dia bisa bertemu dengan musim dingin lagi. Karena laki-laki itu sangat mencintainya”

"Aku rasa kita menarik dengan cara yang berbeda kak" Kikyo mengangkat wajahnya menatap Kagome kini senyum kecil menghiasi wajahnya. “Aku tidak hanya ingin menjadi adik mu tetapi aku ingin menjadi sahabatmu” Kagomepun tersenyum “semua itu permasalahan itu terjadi hanya karena hormon di masa keremajaan kita yang tidak menentu aku rasa" tawa kecil menyelinap dari bibir Kagome "dan aku harap kita bisa kembali seperti dahulu, disaat kita selalu bersama menceritakan semua yang ada di kepala kita agar tidak ada lagi salah paham dan tidak ada lagi ego laki-laki yang membengkak karena ada kakak beradik yang bertengkar karena mereka" kali ini mereka tertawa bersama.

"Kak, tadi sore aku bertemu dengan Inuyasha di taman dia meminta maaf padaku tidak seperti dirinya yang dulu susah sekali untuk mengucapkan maaf. Dia berubah dan dia membuka pikiranku saat dia berbicara tentangmu, kenapa kau putus dengan Inuyasha?" wajah dan suaranya mencerminkan rasa penasarannya yang besar "Dia sangat mencintaimu kak" kata-kata itu terlontar begitu saja darinya "Aku hanya tidak mengerti".

"Pertama karena aku memang tidak mencintainya walaupun dia mencurahkan perhatian yang besar kepadaku. Seperti yang aku katakan kepadamu sebelumnya, aku menjalaninya hanya karena kebodohanku" Kikyo menghela nafas berat "Setelah kejadian itu di meminta maaf padaku menjelaskan apa yang terjadi, bahkan dengan bodohnya dia bersedia berjanji untuk tidak berteman denganu lagi bila itu memang yang aku inginkan" kedua alisnya hampir bersatu menunjukkan penyesalan yang amat dalam.

"Dua hari kemudian kami kembali seperti sedia kala, dia lebih perhatian kepadaku. Tidak sekalipun dia membuatku sedih setelah kejadian itu, tetapi disaat itulah aku sadar dia terlalu baik untuk kusakiti dengan berpura-pura mencintainya seperti dia mencintaiku. Aku merasa buruk sekali, aku merasa bersalah kepadanya. Dan tidak lama setelah itu aku meminta untuk berpisah, aku tidak bisa menyakitinya lebih jauh lagi” matanya terpejam Kikyo menahan air matanya.

"Dan sekarang kau baru tersadar kalau kau juga mencintainya" walaupun hanya sesaat dia bisa melihat air mata di sudut mata kakaknya tetapi Kikyo tertawa kecil, kedua sudut bibirnya tertarik sedikit kebawah. "Aku harap akan ada kesempatan kedua untuk kau dan Inuyasha” dia menepuk-nepuk tangan kakaknya dengan lembut.

Kikyo menariknya, merangkulnya dengan erat. “Maafkan aku Kagome, aku harap kau bisa memaafkanku”

“Jangan berkata begitu kak, aku juga salah” Kagome bisa merasakan bajunya di bagian bahu sedikit basah karena air mata kakaknya.

“Arigato kagome” dia melepas rangkulannya, Kagome menghapus jejak air mata dari pipi Kagome.

“Kita sebaiknya bergegas sebelum Sota menghabiskan semua kuenya kak” ucap Kagome riang.

“Tunggu sebentar Kagome” Kikyo mengambil sesuatu dari laci lemarinya, “aku yakin ini milikmu” Kikyo menyerahkan snow globe buatan sendiri yang Inuyasha berikan saat itu.

“Aku tidak percaya kau masih menyimpannya, arigato kakak” Kagome tersenyum sumringah, dia hampir melompat karena senang.

Disaat bersamaan suara ibunya terdengar dari ujung tangga di bawah "Kagome, Kikyo ayo makan!”

"Hai, mama" Kikyo cepat-cepat menjawab.

"Ayo turun" Kagome sudah bangkit dari duduknya saat kakaknya meraih tangannya, rasanya lega tidak ada lagi kesalah pahaman antara dia dan kakaknya yang ada hanya perasaan bahagia menemukan kakaknya kembali.

"Kagome kau tahu siapa yang menolakku saat SMA?" tanyanya saat mereka berdua menuruni tangga

"Tidak" Kagome menggeleng kecil, disaat yang bersamaan bel pintu berbunyi.

"Itu pasti dia yang datang" Kikyo dengan semangat mendorongnya ke ruang tengah tempat keluarganya berkumpul, Kagome duduk disamping ibunya yang tersenyum lebar seakan mengetahui sudah tidak ada lagi tembok yang terbuat dari api cemburu diantara kedua putri kesayangannya. 

-----*****-------