Kamis, 20 Agustus 2015

Black String Of Fate

Chapter I - The Death

Rated : MA 

Status : Incompleted


Disclaimer : I do not own Inuyasha


Disclaimer : I do not own Inuyasha!

Warnings: OOC, Kagome is inu hanyou. Adult content, it’s a dark fic, graphic [extreme] violence, and fluffy in the next chapter, maybe ^^.

Matahari berada di puncak kepala, angin bertiup lebih kencang dari biasanya. Di hutan yang dilaluinya bukanlah suara kicauan burung yang terdengar tetapi geraman marah, dan sumpah serapah. Sesshoumaru sedang dalam pengembaraannya saat dia mendengar bunyi pedang beradu, sesaat kemudian bau karat, amis, dan manis bau dari darah menusuk hidungnya, membuatnya ingin mencari tahu siapa yang sedang bertarung. Seorang hanyou wanita dengan rambut yang hitam lebat panjang di kuncir kuda dengan tinggi, ia memakai kimono biru pendek sedikit diatas lutut dengan motif bunga merah dan obi putih sedang bertarung dengan youkai serigala berambut silver sebahu. Sesshoumaru mengenalinya sebagai Kuroichi sang youkai penguasa wilayah timur Jepang, saingannya dalam memperluas wilayah.

Dia berhenti di bawah sebuah pohon, dia menyembunyikan auranya untuk memperhatikan pertarungan mereka. Darah yang tadi diendusnya berasal dari Hanyou wanita itu yang terluka dilengannya oleh sabetan pedang Kuroichi, darah mengalir deras dari lengannya yang kini terkulai lemah. Anehnya tidak ada ketakutan yang tergambar di wajah cantiknya, hanya seringai yang sadis menghiasinya. Dia menikmati pertarungan itu, pikir Sesshoumaru yang tanpa sadar kedua sudut bibirnya sedikit terangkat. Entah mengapa hanyou wanita yang sebentar lagi akan menemui ajalnya di tangan Kuroichi itu menarik perhatiannya. Tidak pernah dia melihat wanita bertarung seperti itu, seperti tidak ada beban walau lawannya adalah youkai yang terkenal karena keberingasannya dalam menghancurkan lawan. Kuroichi tidak pernah mengenal hasil pertarungan seimbang atau kalah yang ada di kamusnya hanyalah kemenangan. Dia tidak akan pernah segan-segan membunuh lawannya, karena itulah dia menjadi Dai youkai, pemimpin para youkai di wilayah Timur ini.

“Jangan membuatku mengulangi pertanyaanku lagi, serigala bodoh” tanya Kagome di sela-sela adu pedang mereka “Apakah kau kenal dengan seorang miko bernama Kikyo?” ada nada pahit disaat dia menyebut nama itu, dada Kagome kembang kempis karena pertarungan itu begitu menguras tenaganya.

“Apakah dia seorang pelacur?” tanyanya balik dengan senyum menantang.

“Jawabanmu salah” dia mengayunkan pedangnya, Kuroichi tidak sempat mengelak sehingga baju pelindungnya di bagian bahu Kuroichi hancur. Kagome hampir saja berhasil memenggal kepala Kuroichi, musuhnya yang kini menggeram kemudian dia tertawa. Tawanya menggema, tawanya itu membuatnya bertambah muak.

“Kau tidak akan bisa melukaiku wanita” dia tertawa lagi, tawa penuh penghinaan.

“Tch, kau terlalu cepat tertawa orang tua!” Kagome melumuri cakarnya dengan darah  yang mengalir di lengannya yang terluka, lalu melempar nya ke arah Kuroichi yang tidak menyangka akan serangan baliknya. Darah Kagome berubah seperti puluhan mata pisau tajam berterbangan ke arahnya, serangan itu berhasil menyayat sekujur tubuh Kuroichi.

“Oh Kami- Sama kenapa jantan selalu diciptakan dengan ego yang lebih tinggi, aku benar-benar membenci itu. Selalu memandang wanita lebih rendah dari mereka” dia berteriak, suaranya bergetar dengan emosi. “Kau akan mati ditanganku bodoh, di tangan seorang wanita!” suara Kagome penuh janji untuk menjadikan apa yang dikatakannya sebentar lagi akan menjadi kenyataan.

Kata-katanya membuat darahnya mendidih dia menyerang Kagome dengan membabi buta, pedangnya diayunkan secara acak berniat untuk memotong bagian apa saja yang bisa diraihnya. Kagome menghindar saat Kuroichi mengayunkan pedang ke arah kepalanya, dia melompat kebelakang hanya untuk mundur lagi saat Kuroichi terus bergerak maju. 

Ayunan pedangnya menghancurkan dengan mudah apa saja yang tersentuh olehnya, pohon-pohon besar disekeliling mereka bahkan bukit kecil dapat dengan mudahnya dihancurkan hingga berkeping-keping oleh pedang Kuroichi layaknya kue beras yang begitu mudah hancur. Satu langkah mundur Kagome adalah satu langkah maju Kuroichi, yang terus-menerus menyerang dengan gelap mata. Harga dirinya menjadi taruhan dan dia tidak akan mati oleh seorang hanyou rendahan, apalagi seorang hanyou wanita! Pikirnya.

Sesshoumaru tidak sepenuhnya bersembunyi, dia bisa melihat mereka dengan jelas tetapi mereka terlalu dipenuhi dengan nafsu membunuh lawannya sehingga tidak menyadari keberadaannya sama sekali. Pedang Kuroichi adalah salah satu pedang yang cukup kuat, terbuat dari cakar leluhurnya. Namun pedang yang dimiliki hanyou wanita itu adalah pedang Makaze pedang yang tadinya dimiliki oleh Tokushin youkai penguasa wilayah Utara yang kabarnya telah terbunuh. Sepertinya kali ini pun tugasnya akan menjadi lebih mudah, tugas yang harus dilaksanakannya untuk memenuhi ambisinya untuk menguasai seluruh wilayah Jepang. Setelah menahan diri beberapa lama, akhirnya Sesshoumaru tidak tahan lagi dengan perjanjian menggelikan yang dibuat ayahnya dengan para penguasa lain. Mengapa ada begitu banyak penguasa bila memang dialah yang terkuat, perjanjian itu terasa merendahkan dirinya, karena perjanjian itu membatasi dirinya. Membatasinya untuk memperluas wilayah kekuasaannya, karena dia yakin kalau dialah youkai yang terkuat di seluruh tanah Jepang yang terbentang.

Walaupun tugasnya akan semakin ringan, karena tinggal penguasa Selatanlah yang menjadi penghalang akan dirinya dan kekuasaan yang tak terbatas. Itu tidak membuat sepenuhnya senang karena hanya dengan memikirkan tugasnya dilaksanakan oleh seorang hanyou sangat mengusiknya, dan hanyou itu berjenis kelamin wanita. 

Perbuatannya membuatnya terganggu, apa yang sebenarnya ingin dia capai? Dia menodai penaklukannya atas para penguasa yang lain. Mahluk yang selalu dia pandang rendah, kini menyelinap masuk ke pikirannya membuatnya merasakan dahaga akan keingintahuan tentangnya. Apakah dia yang membunuh Tokushin? Pasti dialah yang membunuh Tokushin seperti kabar yang telah terdengar, karena itu jugalah Makaze ada di tangannya. Bila benar seperti itu apa tujuannya dengan membunuh para youkai penguasa? Jika memang dia mengincar para youkai penguasa, dia pasti akan mendatanginya dan dia akan dengan senang hati mengirimnya ke kehidupan yang lain. Satu sudut bibir Sesshoumaru terangkat sedikit, itupun hanya untuk setengah detik. Mungkin dia bisa mengalahkan Tokushin tetapi dia tidak akan berhasil mengalahkan Kuroichi, pikir Sesshoumaru.


Saat ini Kagome terpojok, dibelakangnya terdapat tebing yang menjulang tinggi. Dia tidak bisa lagi menghindar dari ayunan pedang musuhnya, dia menahan sabetan pedang Kuroichi dengan pedangnya. Pedang keduanya bergetar karena menahan kekuatan lawan, kedua lutut Kagome tertekuk dia mendorong sekuat tenaga begitupun Kuroichi. Perlahan dia terdorong mundur, setelah satu tarikan nafas dia mengalirkan kekuatan youkinya melalui pedang untuk mengeluarkan ledakan cahaya hitam yang bisa menghancurkan tubuh musuhnya. Secara bersamaan serangannya di balas dengan ledakan kekuatan seperti api berwarna biru kemerahan, kekuatan Kuroichi yang juga dialirkan melalui Akaiittou, pedangnya. Kedua kekuatan itu beradu menghasilkan ledakan yang dahsyat, membuat mereka berdua terpental puluhan meter kebelakang. Kedua pedang mereka melayang tinggi di udara lalu jatuh ke tanah tergeletak tak berdaya, masing-masing patah menjadi dua.


Kedua pedang adalah pedang yang mewarisi kekuatan turun temurun para leluhur yang pernah menjadi penguasa di satu wilayah. Kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing pedang hampir setara, namun kekuatan serangan yang keluar dari pedang juga tergantung seberapa besar kekuatan youkai penyandangnya mengalirkan kekuatan youkinya. Pedang itulah yang menjadikan seorang youkai menjadi seorang penguasa suatu wilayah. Mereka yang disebut penguasa adalah yang menyandang pedang tersebut, itu bila mereka mewarisi pedang tersebut dari pendahulu mereka atau bila seorang youkai penantang menang melawan penguasa dalam memperebutkan kekuasaan.

Kagome memaksa dirinya untuk segera berdiri setelah benturan kekuatan youki itu menerpanya, tubuhnya melemah penuh dengan sayatan-sayatan yang masih mengucurkan darah karena efek ledakan itu dia terjatuh lagi di kedua lututnya. Tapi tekadnya lebih kuat dari apapun yang menghalanginya, dia bangkit lagi berlari menyerang Kuroichi dengan senjatanya yang tersisa. Bagian tubuhnya yang paling berbahaya, yaitu cakar tajamnya. Dia menghentakan kakinya melompat untuk mendaratkan cakarnya yang dia tujukan kepada Kuroichi yang menghindar sedetik sebelum cakar mematikan itu merobek tubuhnya menjadi tiga bagian, cakar Kagome menghantam tanah membuat tanah itu hancur dan serpihannya bertebaran ke segala penjuru arah.

“Aku akan membunuhmu, pasti!” Kagome menyeringai menampakkan taringnya yang mengancam, matanya terbakar oleh keinginannya untuk menumpahkan darah lawannya.

Kuroichi balik menyerangnya dengan tendangannya yang tidak dapat dihindari oleh Kagome menghantam punggung Kagome, membuatnya jatuh tersungkur mencium tanah. Tanpa membuang waktu dia berguling lalu bangun kemudian berbalik menyerang dengan cakarnya. Kali ini Kuroichi 
 dengan sengaja tidak menghindar, dia menangkap pergelangan tangan kanan Kagome dengan tangan kanannya lalu dia menyerang lengan kiri Kagome yang terluka. Dengan tangan kirinya yang bebas dia mencengkram lengan kiri itu dengan sangat kuat. Cakarnya yang menembus kulit Kagome berwarna kehijauan, cakar yang terselimuti racun itu menghujam dagingnya kemudian ke tulang-tulangnya berusaha meremukan, mematahkan, lalu memisahkannya dari tubuh Kagome. Tangan mereka saling bersilangan, geraman mengancam keluar dari mulut Kagome.

“Aku akan merobek mulutmu itu, yang berkata akan membunuhku” dia tertawa penuh kemenangan 

“Mulut pelacur lebih berguna daripada mulutmu” sambungnya.

Kagome tertawa kecil mendengar kata-kata Kuroichi, satu sudut bibirnya terangkat. Walau wajahnya semakin pucat karena menahan sakit yang tak terelakkan, dia tetap berusaha terlihat kuat di mata lawannya. 

“Aku akan menunjukkan kegunaan mulutku kepadamu” dengan cepat dia mengigit lengan kiri Kuroichi sekuat tenaga, dia menggoyangkan kepalanya mengoyak-ngoyak daging lawannya.
Kuroichi berteriak dengan keras, tangan kirinya yang mencengkram lengan kanan Kagome yang terluka semakin kuat mencengkram membuat Kagome terpejam menahan sakit yang teramat sangat. Kuroichipun berusaha memisahkan lengan Kagome dari tubuhnya, masing-masing dari mereka berjuang keras menahan sakit yang mereka rasakan. 

Cairan merah kental mengalir dari daging yang digigit Kagome turun ke rahangnya lalu lehernya, taringnya menghujam dalam dan lebih dalam menembus lapisan otot dan urat nadi kemudian tulang. Ketidakberuntungan bergelayut di Kuroichi, taring Kagome lebih dulu merobek-robek daging lengannya. Kagome dapat merasakan tulang bertemu dengan giginya, dengan satu kali hentakan tulang itu berkeretak lalu dengan mudah mematahkan tulangnya kemudian pergelangan tangan Kuroichi putus.

“Aaaarrrghhh.....” teriakannya menyayat hati siapapun yang mendengarnya

Darah muncrat ke segala arah, pandangan Kuroichi terpaku tempat dimana seharusnya tangannya berada kini telah hilang. Matanya terbelalak lebar menatap bonggol lengannya yang masih menyemburkan cairan merah, kental, hangat dan masih terus mengalir deras. Percikannya membasahi wajah Kagome, yang memang sudah bermandikan darah. Kuroichi terhuyung-huyung kebelakang kini teriakannya terdengar lebih keras lagi. 

Kemudian beberapa hal terjadi seperti bersamaan, Kagome membuang tangan musuh dari mulutnya meludah mencoba mengusir rasa Kuroichi yang masih menyelimuti mulutnya, Kuroichi melepaskan cengkraman tangan kirinya dari lengan Kagome, kemudian cakar Kuroichi yang kini terselimuti oleh darah Kagome berpendar lebih terang lagi dengan warna kehijauan. Semakin berpendar cakarnya semakin banyak racun yang berkumpul, pendar racun itu semakin meningkat tepat sebelum cakar itu menerobos dada Kagome dengan paksa dalam sekejap mata. Tangan kiri youkai itu menembus perutnya lalu bergerak ke atas dadanya menciptakan bunyi daging terobek dan tulang iga yang berkeretak patah.

“Ugh..” tidak ada jeritan yang sempat keluar dari mulutnya, Kagome memuntahkan segumpal darah segar dari mulutnya menyemburkan ke wajah, rambut, dan baju Kuroichi yang menyeringai. Rambut silver indah itu kini ternodai oleh darah Kagome, Kuroichi tertawa diantara nafasnya yang pendek-pendek.

“Hanya dengan satu tangan pun aku dapat dengan mengalahkanmu, hanyou siaaal!” katanya geram, matanya berkilat dengan penuh amarah dan kebencian kepada hanyou yang berhasil membuatnya kehilangan sebelah tangan, akan butuh beberapa puluh tahun sebelum tangannya kembali seperti semula.

Kagome tertunduk, wajahnya disembunyikan oleh poninya. Kedua telinga anjing yang berada di puncak kepalanya berkedut kecil tanda bahwa dia tidak melewatkan satu kata pun yang Kuroichi ucapkan, tanda bahwa dia masih bernafas.

“Lihat mataku!” perintah Kuroichi “Lihat mataku saat kau sekarat! Mohonlah kepadaku untuk kematian yang cepat dan tidak menyakitkan, mungkin aku akan berbaik hati untukmu wanita jalang” suaranya berat dan penuh tekanan di setiap kata.

Inilah waktu untuknya, pikir Kagome. Dia akan mati disini saat ini, tapi tidak tanpa membalaskan dendamnya. Dengan tekad kuat dia mengangkat tangan kanannya dengan segenap kekuatan yang tersisa, mencabik leher lawannya dengan sekali gorokan cepat menggunakan cakarnya. Kepala lawannya jatuh menggelinding di bawah kakinya sedangkan tubuhnya masih tegap berdiri di hadapannya, dengan setengah jijik setengah benci dia menendang kepala itu agar menjauh darinya.

“Tidak!” Kagome menyeringai mencoba tertawa, tetapi hanya geramanlah yang terselip dari mulutnya karena tersiksa oleh sakit yang kini menghujamnya. Nafasnya terengah-engah “Aku tidak akan bisa menatap matamu bila kepalamu tergelatak di tanah, bodoh!” kata-katanya tersendat-sendat keluar dari mulutnya.

Dia masih terengah-engah, sakit di bagian perutnya mulai terasa olehnya. Dia mencabik tangan kanan lawannya hingga terpisah dari lengannya, membuat tubuh musuhnya ambruk. Darah merah membanjiri sekelilingnya, nafasnya semakin terengah-engah seiring rasa sakit yang semakin mengepungnya, namun tawa kecil terselip dari mulutnya yang bermandikan darah. 

Dia membuang ludah, mencoba mengusir rasa Kuroichi dari mulutnya, tangan itu masih menerobos badannya. Dia mempersiapkan diri untuk rasa yang pasti tidak akan menyenangkan yang akan dirasakannya, rasa sakit yang akan dirasakannya saat dia menarik tangan itu keluar dari tubuhnya. Dia memejamkan mata tidak ingin melihat prosesnya untuk mencegah rasa sakit yang berlebih yang akan dikirim ke otaknya bila ia menyaksikan apa yang dilakukannya.

“AAARGH!!!” teriakannya menggema di hutan yang sunyi itu saat dia menarik dengan cepat tangan itu keluar dari dadanya lalu melemparkannya begitu saja.

Yang terjadi di luar perkiraan Sesshoumaru, alisnya berkerut. Dia berjalan mendekat, memancarkan lagi aura yang tadinya ia tutupi. Bau kematian menyeruak menghampiri penciumannya, matanya memicing melihat ceceran daging yang tadinya Kuroichi. Seorang Dai youkai, penguasa wilayah kini tergeletak tak bernyawa di tangan wanita sangat menyedihkan, pikir Sesshoumaru. 

Wanita itu kini resmi memancing rasa penasarannya, wanita yang juga diselubungi oleh bau kematian. Racun Kuroichi dan keluarganya adalah racun yang terkuat setelah racun dari keluarganya, racun yang kini mendesis di perut dan lengan wanita itu. Secara perlahan tetapi pasti membuat daging, organ dalam, tulang, dan apapun yang disentuhnya lumer. Wanita itu akan mati di padang rumput indah yang telah ternodai oleh darah dan onggokan daging lawannya yang berceceran.

Kagome jatuh terduduk saat rasa sakit itu bertambah menjadi berlipat-lipat ganda dirasakannya, dia menyeret tubuhnya untuk bersandar di batang pohon tak jauh dibelakangnya. Rasa sakit itu melecut di seluruh inci tubuhnya di setiap gerakan yang dibuat olehnya, dia melirik sekilas ke perutnya. Tak hanya darah yang mengalir tapi sesuatu seperti busa, cairan kuning kehijauan, dan benda berwarna putih kini menjadi hiasan di lubang perutnya yang menganga lebar dan semakin lebar.

Lukanya itu tidak menyembuh dengan sendirinya seperti biasanya, “Racun sialan” dia mengutuk. Dia berhasil mencapai batang pohon tak jauh dibelakangnya lalu bersandar, Kagome memejamkan mata sesaat sebelum dia merasakan aura youkai lain yang mendekatinya siapapun itu auranya sangat besar dan kuat. Sepertinya Kuroichi membawa sekutu, dia mengingkari perjanjiannnya untuk menghadapinya seorang diri. Dasar youkai keparat, gerutunya dalam hati.

Sebelumnya ia mengira youkai yang baru saja dipenggalnya adalah youkai yang terkuat yang ia temui tetapi ternyata dia salah. Sosok putih samar-samar terlihat, tinggi, anggun, tetapi membawa kesan mematikan dengan aura yang sengaja di pancarkan seperti itu. Matanya mulai buram entah karena air mata yang menggenangi pelupuk matanya karena menahan sakit, atau karena memang dia sedang sekarat. 

Sosok itu berjalan mendekat tidak kehilangan sedikitpun keanggunannya saat dia berdiri di hadapannya, diantara potongan-potongan tubuh yang berceceran dan darah yang menggenang. Walau dengan pandangannya yang kabur dia bisa melihat dua tatapan mata yang dingin, garis magenta di kedua pipinya, dan tanda bulan sabit di dahimya tanda keturunan salah satu inu youkai yang terkuat. Semua tanda itu melengkapi keanggunannya, ketampanannya, dan kekejamannya yang memancar.

Kagome menggertakan giginya “Apa yang kau tunggu?” tanyanya kasar “bila kau ingin membalas dendam cepat lakukan!” suaranya bergetar.

Youkai asing itu memiliki rambut silver yang sangat panjang, rambut yang hanya dimiliki oleh keturunan para penguasa youkai, canine youkai. Dia masuk ke dalam kriteria buruannya, sayangnya sepertinya dia tidak akan bisa menyelasaikan misi yang diembannya, Kagome tersenyum pahit. Jawaban yang ia tunggu tidak kunjung datang, youkai itu tetap diam dengan mata menyelidiki.

Kagome menyandarkan kepalanya, mencoba sekuat tenaga untuk tetap bernafas walau paru-parunya sudah mulai menyerah oleh racun Kuroichi. Tangannya meraba luka menganga di perutnya yang menimbulkan suara desisan, dia melihat busa putih di lukanya semakin banyak. Sial, lukanya tidak akan sembuh racunnya terlalu kuat pikirnya. Dia tertawa pahit, saat pandangannya berubah hitam pekat. Nafas yang ia tarik pendek-pendek, berita baiknya dia masih bisa merasakan sakit yang berarti dia belum mati secepat yang dia bayangkan dan di inginkannya, berita buruknya adalah kematian yang dinantinya akan menjadi kematian yang perlahan dan teramat sangat menyakitkan saat racun itu perlahan menggerogoti tubuhnya melumatnya seperti lilin yang perlahan-lahan dimakan oleh api. Dia tersenyum membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan ibunya yang dicintainya, setelah bertahun-tahun lamanya berkelana sendirian di dunia ini.

“Mengapa kau tersenyum saat kematian merangkulmu?” tanya youkai asing itu.

“Tidak ada lagi yang tersisa untukku di dunia ini” kata-katanya keluar dengan terbata-bata, karena butuh segenap usaha dan kekuatan untuk mengeluarkannya dari mulutnya.

Tujuan hidupnya telah tercapai? Benarkah? Tanyanya dalam hati. Bila dia keliru tentu saja dia akan 
mati dengan tidak tenang, dia tidak akan bisa menemui ibunya dengan tersenyum. Dia tidak bisa mati sekarang, masih ada beberapa youkai lagi yang harus diburunya. Dia tidak hingga dia benar-benar yakin telah membunuh bajingan itu. Jantungnya berdetak semakin cepat saat racun itu menjalar ke jantungnya, rintihan terselip dari bibirnya karena sakit yang teramat sangat. 

Dia bisa merasakan kalau dia sekarat, disaat dia ingin hidup disaat itulah dia sekarat lelucon kejam apalagi yang dipersiapkan Kami-sama untuknya lebih dari ini. Dia menggeram hingga tidak ada suara lagi yang bisa keluar dari mulutnya disaat dia merasakan rasa sakit yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya di dunia ini, sakit yang dia rasakan itu bagaikan duri yang bercabang-cabang menghujam ke dalam dagingnya lalu duri itu dicabut dengan amat sangat perlahan meninggalkan rasa sakit yang teramat sangat hingga dia berharap kematian segera menjemputnya bukan mempermainkannya seperti ini.

Kehidupan perlahan-lahan meninggalkannya, nafas pendeknya telah terhenti. Matanya telah kehilangan cahaya kehidupan, jantungnya telah berhenti memompa darah. Sesshoumaru memicingkan mata, saat mahluk kerdil berwarna hijau pucat dari dunia bawah mengerubunginya. Mereka mencoba membawa jiwa wanita itu, ke dunia bawah. Entah mengapa kakinya membawanya mendekat dan semakin mendekat  jasad hanyou itu, dan entah mengapa pedang peninggalan untuknya terus berdetak. Pedang yang tidak bisa dipakai untuk bertarung itu berdetak, berteriak dan memohon untuk digunakan.

Kegelapan menyambut Kagome, gelap pekat, dan sunyi. Apakah ini neraka? Tidak bisakah dia bergabung dengan ibunya di tempat yang lebih baik? Mengapa di dalam kematian pun tidak ada kebahagiaan untuknya? Apakah di alam lain pun terdapat pembedaan untuk manusia, hanyou, dan youkai? Bila memang dia tidak bisa berkumpul dengan ibunya apa yang seharusnya dia harapkan? Keabadian yang menyiksa di dunia fana? Atau kematian yang gelap dingin dan sunyi selamanya memeluknya di dalam kehampaan? Siapapun yang menciptakannya tak bisakah merencanakan sedikit saja kebahagiaan untuknya walau hanya sekerlip kebahagiaan di hatinya setelah kematian ibunya?

Tenseiga adalah pedang milik Sesshoumaru peninggalan ayahnya, penguasa wilayah Barat Inu no Taisho. Pedang itu tidak seperti pedang para penguasa wilayah yang lain, pedang itu bisa menyelamatkan ribuan nyawa dengan sekali tebasan, entah itu youkai, manusia, ataupun hanyou seperti wanita ini. Wanita ini, mengapa Tenseiga ingin sekali menyelamatkannya? Tidak semua orang sekarat ingin diselamatkan oleh Tenseiga miliknya, hanya satu cara agar ia mengetahui jawaban yang dicarinya. Bunyi metal bergesekan dengan sarung pedangnya, Sesshoumaru mengeluarkan pedang dari sarungnya. Dia menjulurkannya di atas tubuh wanita itu dan dengan satu ayunan dia menebas para mahluk-mahluk dari dunia bawah, mengembalikan kehidupan yang sempat terlepas kembali kepada wanita itu.

Detak jantung yang lemah mulai terdengar, paru-paru mulai terisi lagi sedikit demi sedikit oleh udara. Dia masih belum tersadar, tetapi luka-luka itu perlahan tetapi pasti mulai menutup. Tidak ada sisa racun yang mengkontaminasi tubuhnya, detak jantung berdetak normal, aliran darah kembali terpompa ke seluruh tubuhnya. Dadanya bergerak turun naik di setiap tarikan nafas, Sesshoumaru menyarungkan kembali Tenseiganya lalu dia berbalik berjalan pergi meninggalkannya

Tiba-tiba cahaya putih yang membutakan mata menyeruak dan menghantam Kagome, lagi-lagi dia tenggelam bukan dalam gelap yang pekat, kali ini dia tenggelam dalam cahaya putih yang hangat. Cahaya yang secara aneh membuatnya bisa merasakan setetes kecil kebahagiaan, kebahagiaan dan kehangatan yang telah lama dia rindukan. Matanya terbuka perlahan, pandangannya masih kabur, tetapi penciumannya memberi tahunya bahwa dia masih di hutan yang sama. 

Kilat cahaya kehidupan telah kembali ke matanya walau mata itu masih memancarkan ketakutan yang amat sangat, wajah Kagome sangat pucat seakan tidak ada satu tetes darahpun yang mengalirinya. Bau serpihan musuhnya tercium, dia meraba-raba perutnya yang telah tertutup. Tidak ada lagi desis daging yang dilumat oleh racun, tidak ada lagi darah mengalir. Penglihatannya kembali normal, telinga di puncak kepalanya berkedut-kedut ke arah terdengarnya suara daun yang terinjak. Dia berpaling untuk menatap sosok youkai asing yang tadi berdiri di hadapannya itu terlihat berjalan meninggalkannya.

“Tunggu!” niatnya dia ingin berteriak, tetapi yang terdengar oleh telinganya hanyalah bisikan. “Apakah aku baru saja mati?” bisiknya kepada dirinya sendiri.

Rambut silvernya yang sangat panjang tertiup semilir angin, pakaiannya yang terbuat dari sutra dan mokomoko di bahu kanannya bergerak anggun dipermainkan oleh angin. Kagome yakin youkai itu bisa mendengar walau suaranya hanya seperti bisikkan, hanya saja youkai itu memilih untuk mengacuhkannya. Kagome bisa mencium bau senjata youkai itu di dirinya? Dia yakin sekali dia baru saja mati, dan apa yang dia lakukan padanya? Apakah dia dewa yang memberinya satu kali lagi kesempatan hidup? Tidak dia bukan dewa karena bau inu youkai menghujam hidungnya dengan pasti, tetapi baunya. Bau khas youkai itu ada sesuatu yang aneh dengan baunya.

Matahari telah bergeser ke langit barat, bayangan pohon telah menjadi lebih panjang dari aslinya. Angin berbisik, awan-awan melaju perlahan di langit yang membiru begitu indah. Namun indahnya dunia tertutupi oleh kabut kebencian akan dirinya sendiri, dendam yang menggerogoti setiap inci hatinya, dan amarah yang tak berkesudahan. 

Dunia indah yang terbentang di hadapannya hanyalah lapangan pertempuran baginya, tempat dimana hanya ketidak adilan bercokol. Tempat bersarangnya keserakahan dan kebencian yang menumpahkan semua tetes keringat, darah, dan air mata di atas jerit tangis penderitaan. Dunia yang tidak akan berhenti dihiasi oleh pertempuran demi pertempuran. Apakah ada sesuatu yang bernama kedamaian sejati?

Dia menarik nafas dalam untuk menyimpan bau youkai yang baru saja menolongnya itu di ingatannya baik-baik, kekuatannya secara perlahan dan lamban mengisi tubuhnya. Dia menggeser tubuhnya untuk duduk lebih tegak senyum mengembang di wajahnya membuat dua taringnya muncul, saat memikirkan dewa penolongnya. Sang dewa penolong akan sangat menyesal karena dia telah menolongnya, karena dia adalah target selanjutnya. Dia akan sangat menyesal telah menolongnya, tawa kecil penuh kepahitan terselip dari mulutnya saat dia bangkit berdiri. Sekali lagi dia kembali harus menghadapi dunia besar, dingin, dan kejam memeluknya.

-----*****-----

A/N: Ceritanya selesai? Nggak! Critanya baru aja mulai^^ Apa tujuan Kagome? Siapa dewa penolongnya? Penolongnya pasti udah ketebak kan? Hehehe... btw thx for reading, hope you enjoy it. Cerita ini sudah sampai belasan chapter ke depan dan akan di posting secara berkala ;)

Hanyou: Manusia setengah siluman
Youkai: Silluman
Inu Youkai: Siluman anjing
Canine Youkai: Siluman anjing, serigala, atau sejenisnya.
Youki : Youkai ki -> Kekuatan yang dimiliki para youkai
Makaze: Evil Wind
Akaiittou: Red Blade