Rated : T
A/N: Hanya terjemahan dari my first fanfic yang sudah di posting sebelumnya, OOC characters.
Disclaimer : I do not own Inuyasha characters
Lagi-lagi kagome menghela nafas menatap tangga yang
seakan tak berujung dari jendela mobil Sesshoumaru, sebuah tangan besar yang
hangat membelai pipi kanannya lalu rambut hitamnya. Saat kagome menolehkan
kepala, bibirnya yang hangat mengecup lembut
pipinya sedikit menyentuh sudut bibirnya penuh perasaan, membuat semua masalah
dan kecemasan Kagome sirna begitu saja. Digantikan dengan rona merah dipipinya
dan detak jantungnya yang semakin kencang. Mata emas Sesshoumaru menatap mata
biru Kagome seperti kehangatan matahari terbenam berbenturan bertemu dengan
dalamnya laut biru, menciptakan kebutuhan untuk selalu dekat dengannya di dalam diri
Kagome.
Apa itu tadi? Dia menciumku? Hampir! Apakah dia sengaja? Bibirku
hampir tersentuh oleh bibirnya, oh Kami-Sama wajahku pasti semerah tomat
sekarang. Okay Kagome tenang, tetap tenang. Siaaal, rasanya aku ingin menjerit kecil. Ada apa sih dengan aku? Kagome! Tetap tenang, Kamu lupa ya dia mempunyai pendengaran yang melebihi manusia? Dia pasti sedang mendengarkan detak jantungmu yang
kacau saat ini, dan itu pasti sangat memalukan!
Alisnya terangkat keatas beberapa saat, Kagome tidak bisa menutupi keterkejutannya tatapannya masih melekat pada Sesshoumaru.
"Mm.. terima
kasih untuk tumpangannya"
wajahnya terasa seperti terbakar oleh tatapan Sesshoumaru, dia tersenyum
canggung lalu
menunduk. Disaat itulah kecemasannya kembali, dia menghela nafas “ Semuanya
akan baik-baik saja” bisiknya, mencoba meyakinkan diri sendiri.
“Jangan khawatirkan hal itu" Sesshoumaru berkata dengan nada dingin seperti biasa,
tetapi kata-katanya dan sikapnya membuat hati Kagome hangat. Semua itu sangat
berarti baginya, walaupun terlihat seperti hal kecil tapi itu akan menjadi
besar bila dia mendapatkannya dari Sesshoumaru. Youkai yang dingin, tapi itu
bukan berarti dia tidak berperasaan hanya saja dia tidak terlalu
mempertunjukkannya di hadapan orang lain.
“Iya kau benar” Kagome tersenyum lalu melangkah keluar, dia terhenti sebelum menutup
pintu mobil membungkuk lalu berterima kasih sekali lagi. "Thanks
Sesshoumaru" dia tersenyum, Sesshoumaru hanya mengangguk dia kembali lagi ke cangkang dinginnya.
Kagome menutup pintu, dia
berdiri di tepi jalan menunggu mobil hitam milik Sesshoumaru hilang dari
pandangan. Kali ini Sesshoumaru tidak bisa mampir
karena ada urusan penting yang harus dia bicarakan dengan ayahnya yang seorang
CEO dari perusahaan besar Taisho dan juga Dai youkai yang disegani tak hanya di
wilayah barat tetapi
diseluruh Jepang.
Di zaman modern Jepang ini Youkai ada, tapi hanya Dai youkai atau youkai kelas atas seperti
Keluarga Taisho yang mempunyai
daerah kekuasaan besar di wilayah Barat Jepang. Tidak hanya itu mereka juga
mempunyai perusahaan besar, salah satu yang terkuat di garis ekonomi Jepang. Walaupun mereka adalah youkai yang hidup di tengah-tengah
manusia mereka tidak menutupi tanda-tanda mereka sebagai youkai agar dapat
membaur dan terlihat seperti manusia. Garis magenta di pipi atau tanda bulan
berwarna keunguan di dahi mereka, karena mereka adalah keturunan Dai youkai
mereka terlalu bangga kepada dunia untuk menutupi tanda mereka agar terlihat
seperti manusia. Kagome sering berpikir kalau youkai seperti mereka selalu
merasa lebih kuat dalam segala hal dibandingkan dengan manusia, sehingga mereka
sering memandang rendah manusia. Mereka senang sekali mengintimidasi manusia, walaupun itu hanya sebagian. Sesshoumaru
adalah contohnya, saat pertama bertemu dengannya yang
diberikannya hanyalah tatapan yang tajam menusuk, tatapan yang tidak membuatmu
nyaman dan ingin segera menjauh.
Saat masih sekolah Kagome sering mengunjungi
rumahnya, karena Kagome bersahabat dengan Inuyasha. Saat itulah pertama kali Kagome bertemu dengan Sesshoumaru yang dingin,
arogan, dengan angkuh memberikan tatapan tajam. Inuyasha tidak pernah bercerita
banyak tentangnya, walaupun Inuyasha
and Sesshoumaru hanya terpaut satu tahun sama seperti dirinya dan Kikyo. Inuyasha tidak begitu akur
dengan kakaknya, mereka adalah rival hampir di segala bidang. Secara kebetulan
Kagome kuliah di universitas yang sama seperti Sesshoumaru untuk menjauh dari
kakaknya dan Inuyasha, semenjak itulah keadaan berubah 180 derajat. Sesshoumaru
hampir seperti obat baginya,
bersamanya tak pernah terbayangkan menjadi begitu nyaman dan semua itu berjalan begitu
saja, secara alami. Dia perhatian dan baik, dengan
caranya sendiri.
Dia tidak tahu sejak kapan Sesshoumaru perlahan tumbuh
semakin besar di hatinya, tentu saja pada awalnya Kagome menyangkal perasaannya. Tapi sekarang dia tidak lagi mempunyai kekuatan untuk
melawan perasaannya sendiri, walaupun begitu dia masih sangat takut. Takut untuk
terluka oleh hal yang sama untuk kedua kalinya, cinta yang bertepuk sebelah
tangan. Pikirannya mengalir ke
persahabatannya dengan Inuyasha yang tidak begitu baik semenjak kejadian itu,
dia sama sekali tidak berkomunikasi dengannya. Perasaan atas kehilangan sahabat itu sangat
menyakitkan, Kagome sering menyalahkan dirinya sendiri. Tapi siapapun
mengetahui bahwa hati tidak mempunyai aturan untuk mencintai atau tidak
mencintai seseorang, bersahabat dengan lawan jenis baik itu youkai, hanyou,
ataupun manusia akan bermuara kepada perasaan yang dinamakan cinta. Baik dari
kedua pihak ataupun hanya dari salah satu pihak, cepat atau lambat. Itu sebuah
hal yang pasti sama pastinya dengan tetesan hujan yang akan jatuh ketanah.
Pikirannya mengali begitu deras sehingga kenangan pahit itu muncul lagi kemudian berputar diotaknya seakan film dengan warna suram.
“INUYASHA!!!” Kikyo
berteriak, sorot matanya yang penuh
kebencian berpaling kepada
Kagome.
“Kau, anak manis
yang dicintai semua orang...” Kikyo menunjuknya dari ambang
pintu, Kagome hanya bisa terpaku ditempat Kikyo
mendekatinya dengan mata memicing.
Tangannya
terkepal, dia berhenti tepat di depan
wajah Kagome. “Ternyata
kau hanyalah seorang pecundang yang suka
menawarkan diri kepada pacar kakaknya” satu sudut bibir Kikyo terangkat, sebuah senyum yang dingin. “Aku...
benar-benar...
membencimu Kagome!” setiap kata diucapkan secara perlahan namun tajam, kata-kata itu seakan
berubah menjadi duri yang kini timbul di dalam dada Kagome.
Inuyasha kini berda
di antara kedua kakak beradik itu “Aku sangat berharap kau tidak pernah dilahirkan!”
Langkah Kagome terhenti dia menggelengkan kepalanya
kuat-kuat mencoba mengusir ingatan yang amat sangat ingin dia lupakan, dia
menghela nafas berat. "Aku bukan anak SMA lagi, aku sudah dewasa sekarang
aku bisa membela diriku sendiri" dia berkata mantap.
Satu demi satu anak tangga yang dipijaknya membawanya
kedalam kenangan masa kecil, setiap pulang sekolah dia selalu menghitung anak
tangga. Dia menjadi murid yang paling pintar berhitung di taman kanak-kanak
karenanya. Angin sepoi-sepoi bertiup memainkan rambut hitam pekatnya yang
indah, dihadapannya terbentang halaman kuil yang luas tempatnya bermain dengan
kakaknya. Segala kenangan indah masa kecil memenuhi pikirannya, membuatnya
tanpa sadar tersenyum. Tiba-tiba dia rindu akan masa kecilnya saat tidak ada
masalah rumit yang menyelubunginya dan dia memiliki seorang kakak yang
melindungi dan menyayanginya, lamunannya terhenti di ambang pintu sesaat ia
membunyikan bel ibunya sudah membukakan pintu.
"Tadaima" seru Kagome ceria.
"Okaeri Kagome" Kagome langsung menghambur
kepelukan ibunya, sudah lebih dari tiga
bulan yang lalu semenjak terakhir kali mereka bertemu karena dia disibukkan oleh tugas
kuliah.
"Mama" senyum lebar menghiasi wajahnya saat
memandang wajah ibunya, mereka berjalan masuk kedalam rumah.
"Kamu pasti lelah, kamu mau istirahat dulu atau mandi?” mata lembut
ibunya tak lepas menatap anak yang dirindukannya.
“Sepertinya aku memilih mandi dulu” Kagome merasa
sangat beruntung mempunyai ibu sepertinya.
“Baiklah ibu akan
menyiapkan air panas
untukmu" katanya
sambil menepuk pelan lengan Kagome.
"Arigato mama" Mereka berjalan keruang
tengah tempat Sota menunggunya untuk memberikan pelukan hangat dan dengan
bersemangat menceritakan betapa sepinya rumah tanpa Kagome.
"Kagome, apakah kau membawakan sesuatu
untukku?" kakeknya muncul dari belakang Kagome membawa suatu kotak yang masih tertutup debu, seperti biasa pasti suatu
benda keramat peninggalan leluhur.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku kek, aku
baik-baik saja disana, and aku sangat merindukanmu” Kagome memeluk kakeknya yang antik “walaupun sepertinya kakek tidak merindukan
aku sama sekali" Kagome tertawa kecil sambil memberi
kakeknya sebuah
kantung kertas yang berisi
satu pak kue beras kesukaannya.
"Kau sudah sampai, Kagome" suara wanita terdengar dari ambang pintu ruang tengah tempat mereka
berkumpul, tanpa menoleh pun
Kagome tahu bahwa itu suara kakaknya Kikyo. Dia tersenyum lalu memberinya
pelukan hangat "Sekarang keluarga kita sudah
lengkap" katanya ceria, tanpa sadar Kagome
memicingkan mata tak percaya keramahan yang baru saja ditunjukkan oleh kakaknya. Baiklah, mari kita bermain sebuah permainan yang berjudul ‘Kita Baik-baik
Saja’pikir Kagome.
"Hai" lalu Kagome mengikuti ibunya yang menggiringnya ke kamarnya, untuk beristirahat.
Dia berendam dalam air hangat dengan bermacam-macam
pikiran memenuhi kepalanya, semuanya bergulir tidak seperti yang dia perkirakan. Dia sudah
mempersiapkan diri untuk perang dingin yang akan dia hadapi dengan kakaknya tetapi yang terjadi justru sebaliknya, dia ramah
kepadanya seperti
dulu saat mereka kecil. Apakah
Kikyo telah lupa pertemuan terakhir mereka? pertengkaran hebat mereka? Semenjak SMA Kikyo dan ramah tidaklah serasi dingin
lebih cocok untuknya.
Dialah sebab Kagome enggan menghabiskan waktu liburan
dirumahnya, dia takkan pernah lupa kata-kata yang menyayat hati yang Kikyo
lontarkan kepadanya dahulu. Butuh waktu lama untuknya membangun kembali
kepercayaan dirinya, dia tidaklah dangkal seperti apa yang Kikyo tuduhkan padanya
dan dia tidak mencoba mendekati Inuyasha. Dia tidak pernah menawarkan dirinya
kepada pacar kakaknya sendiri! Walaupun saat itu dia mencintai Inuyasha jauh
sebelum Kikyo mengenalnya, tetapi dia tidak akan pernah melakukan hal seperti
itu, hanya melihat Inuyasha dan Kikyo bersama saja sudah teramat sangat
menyakitkan baginya.
Mereka makan malam dengan tenang, terlalu tenang
menurutnya tidak seperti biasanya.
"Bagaimana dengan teman-temanmu disana
Kagome?" ibunya memecahkan keheningan.
"Mereka luar biasa mama" ibunya tersenyum.
"Aku amat sangat beruntung
memiliki teman-teman yang selalu ada untukku, semuanya sempurna" jawab Kagome ceria kemudian suasana kembali dalam keheningan yang
kaku, entah mengapa
dia masih tidak nyaman dengan keadaan dia dan Kikyo sekarang ini.
"Mama, kau belum menepati janjimu untuk membantuku
mengumpulkan potongan berita yang aku cari untuk tugas sekolahku” Souta
merengut.
“Aku akan membantumu Souta” seru Kikyo semangat,
masih dengan senyum yang sepertinya tidak akan pudar hingga makan malam bersama
keluarga malam ini selesai.
“Terima kasih kak, tapi sepertinya masih ada
sesuatu yang penting yang aku lupakan di bulan ini ma..” belum sempat ibunya
menjawab pertanyaan Sota.
"Mama presentasiku yang kemarin kuceritakan
kepadamu di telepon mendapat pujian dari dosen yang terkenal paling
perfectionist di kampusku" Suara Kikyo dengan riang yang dibuat-buat
meminta perhatian.
Dan
begitulah semua perhatian kembali kepada Kikyo si sempurna yang lulus dengan
nilai sempurna mempunyai kecantikan yang sempurna, seperti itulah seharusnya. Ya benar, ini akan menjadi
liburan menyebalkan yang sangat panjang! kagome tenggelam dalam
pikirannya lalu menyibukkan
diri dengan makanan di hadapannya.
Akhirnya dia bisa sendirian, betapa dia rindu dengan kamarnya. Kagome
berbaring telungkup di ranjang banyak pikiran yang bersemayam di kepalanya.
Betapa tidak nyamannya hubungan dia dengan Kikyo, apakah dia harus membicarakan masalah itu lagi dengan Kikyo? Meluruskan kesalah pahaman yang
ada, atau dia membiarkan saja
keadan seperti ini? Kaku, dingin, dan tidak
nyaman. Andai saja ada cara agar mereka bisa seperti semula. Apa harus Kagome yang memulai? Tidak akan!
Pikirannya
jelas-jelas menolak bisikan hatinya, jika ada orang yang harus meminta maaf itu
pasti Kikyo. Andai saja ibunya mengetahui permasalahannya dengan kakaknya,
dia ingin sekali meminta
nasehatnya. Tapi bila ibunya belum tahu? Dia akan sedih, Kagome tidak ingin hal itu terjadi.
-----*****-----
Keesokkan harinya pagi teramat cerah untuk dilewatkan begitu saja dengan
bermalas-malasan di ranjang, matahari baru mengintip di kaki langit tapi Kagome
sudah berada di dapur. Baru saja dia menyiapkan teh saat Kikyo muncul
dibelakangnya.
"Apa yang ingin kau buat untuk sarapan Kagome?
tanyanya
Kagome melonjak terkejut akan kehadiran Kikyo yang
tiba-tiba dibelakangnya, dia sudah rapi dengan jeans and kaos berwarna putih.
"Aku bisa membantumu"
kedua alisnya terangkat menunggu jawaban Kagome yang hanya menatapnya.
"Aku hanya akan membuat tamagoyaki, tidak apa-apa aku bisa
melakukannya sendiri" Kagome tersenyum kecil.
"Baiklah kalau begitu"
Kikyo mengangkat
bahunya, kemudian berlalu pergi.
Setelah kepergian Kikyo dia tenggelam di dalam
pikirannya sendiri, pertanyaan-pertanyaan yang dia miliki. Kagome mencoba
mengerti perasaannya sendiri, akan situasi yang terjadi dengan kakaknya. Sepertinya dia sudah menganggap kejadian
itu tak pernah terjadi tapi, apakah dia masih marah padanya? Bagaimana dengan Inuyasha? Hal yang paling penting sebenarnya adalah, apakah
kagome masih padanya? Sejujurnya dia merasa kalau dia
masih marah kepada kakaknya, tapi sepertinya dia sudah berubah
menjadi Kikyo yang dulu. Kagome rasa dia bisa dan harus memaafkannya,
dan berpura-pura bahwa petengkaran itu tidak pernah terjadi. Untuk saat ini itulah yang
terbaik, pikir Kagome.
"Kagome" suara ibunya sedikit terkejut dengan apa yang dia lihat. Sarapan sudah hampir siap, Tamagoyaki menunggu untuk dihidangkan
di meja. "Itu terlihat lezat sekali!" ibunya membantu
Kagome mempersiapkan piring di meja "Terima kasih telah membantuku Kagome" senyum manis terpasang di wajahnya.
Dengan hitungan menit semua hidangan sudah siap di meja makan.
“Sekarang
kau duduk dan minum the itu" ibunya memegang bahunya menuntunnya untuk duduk
di kursi, lalu dia duduk di depan Kagome. "Sesshoumaru sangat beruntung
memiliki Anda" senyum lebar menyebar di wajah
lembutnya, Kagome batuk dan kemudian dia menyeruput
teh nya.
Ibunya memang sepertinya menyukai Sesshoumaru saat
pertama kali dia berkunjung beberapa minggu yang lalu.
"Mama!” Kagome hampir saja menyemburkan teh yang dia minum, dengan cepat dia menutupi rasa malunya dan pura-pura tidak mengerti apa
yang ibunya maksud. “Ya aku beruntung berteman dengannya, dia sering membantu
tugas kuliahku” Kagome menunduk untuk menutupi wajahnya memerah.
"Aku harap aku bisa bertemu dengannya lagi, sepertinya sudah lama sekali aku
tidak bertemu dengannya"
ibunya menatap lembut Kagome, dengan senyum jenaka.
“Itu baru beberapa minggu yang lalu, mama” Kagome
masih menunduk melihat daun teh di cangkirnya. Beberapa minggu yang lalu
Sesshoumaru mengantar Kagome ke rumahnya, ibunya sangat antusias mengajak
Sesshoumaru berbincang. Sudah lama ibunya ingin melihat bagaimana rupa kakaknya
Inuyasha yang selama ini diceritakan anak-anak perempuannya.
"Aku ingin lebih mengenalnya, karena dia begitu susah dibaca" kedua alis ibunya berkerut.
“Dia bukan buku, ma” protes Kagome dengan suara
manja.
“Memang bukan, karena itu aku ingin lebih
mengenalnya” ibunya melemparkan tatapan jahil pada Kagome.
"Sebenarnya dia sangat baik
mama, dia memang
pendiam, dan menurut orang kebanyakan dia hampir selalu memakai ekspresi wajah
datar yang sama. Tapi tidak bila kau telah mengenalnya lebih dekat mama, mama
akan dengan mudah membaca lewat matanya” Kagome menyeruput tehnya lagi sebelum
melanjutkan “Matanya begitu penuh ekspresi atas apa yang dia rasakan" tanpa sadar kedua sudut bibirnya
terangkat.
“Cara dia berbicara, gerak-geriknya...” matanya bergerak-gerak
kesudut kiri menunjukkan bahwa otaknya berusaha mengingat apa yang dia lihat, dengar, dan
rasakan "Sikapnya
yang hampir selalu tenang, dia sangat dewasa.." melihat Kagome ibunya tersenyum
"Kau benar-benar mencintainya Kagome" kata-kata ibunya lebih seperti pernyataan
daripada sebuah pertanyaan.
Tanpa menjawabpun dia mengetahui jawabannya, lagi-lagi wajahnya memerah
mendengar apa yang baru saja ibunya katakan tapi dia berusaha mengacuhkannya.
Dia menyeruput tehnya, menyembunyikan wajahnya dari pandangan menyelidik ibunya
yang sepertinya belum puas menggodanya.
“Jadi, kapan pernikahannya?” nada ibunya
penuh canda.
"Mama!!" Kagome hampir tersedak, dia terbatuk-batuk sesaat. Kini
wajahnya lebih merah dari sebelumnya. "Mama, Sesshoumaru adalah anak tertua
dari Inu No Taisho. Youkai wanita manapun yang akan menjadi pasangan Sesshoumaru pasti akan
sesempurna dirinya” Kagome terkejut dengan apa yang dia ucapkan, mengapa dia merasa terganggu
dengan fakta itu? Seorang youkai wanita dari keluarga Dai youkai yang lainlah
yang akan menjadi pasangan Sesshoumaru. Bukankah itu dengan mudah ditebak oleh
siapapun? Tetapi mengapa sekarang dadanya terasa sakit?
"Dan aku beruntung bisa menjadi salah satu orang yang dipercayai olehnya,
menjadi temannya” keraguan terkandung di suara lembutnya, ibunya yang
menatanpnya lembut tertawa kecil.
“Semua itu hanya masalah waktu sayang” entah apa
yang dia maksudkan, dia menepuk-nepuk tangan Kagome.
"Aku harap Kikyo bahagia sepertimu" ibunya
menghela nafas berat, kemudian keheningan yang canggun sesaat "Baiklah, aku akan memanggil semuanya kalau sarapan sudah
siap" ibunya berkata sambil berlalu.
Kikyo tidak bahagia? Mengapa?
Apakah dia dan Inuyasha putus? Semua yang aku tahu adalah Inuyasha
begitu mencintainya, dia akan melakukan apa saja untuknya bahkan jika dia
memintanya untuk memotong telinga anjingnya yang lucu, aku
yakin Inuyasha akan melakukannya. Yah,
mungkin dia menyebalkan bila
bersamaku, tetapi ketika dia bersama Kikyo ia berubah menjadi seseorang yang
berbeda. Dia lembut, perhatian, protektif, dan dewasa. Aku tidak pernah melihatnya
berteriak kepada Kikyo seperti yang dia selalu lakukan ketika berdebat bahkan karena
hal-hal kecil. Begitu pula dengan Kikyo yang
menjadi pribadi yang lebih hangat bila bersama Inuyasha, dia lebih banyak
tertawa! Secara keseluruhan mereka adalah pasangan yang sempurna, mereka saling
mengisi dan melengkapi kekosongan yang ada pada diri masing-masing, dan itulah
yang membuat ikatan mereka kuat. Dulu aku sangat cemburu kepadanya, karena aku
mencintai Inuyasha yang lebih tertarik kepada kakakku sendiri. Cinta? Benarkah
itu?Aku rasa itu bukan cinta, mungkin saat itu aku hanya naksir. Naksir atau
cinta monyet yang aku miliki untuk sahabat karibku. Satu hal yang pasti, aku
akan bahagia bila mereka berdua bahagia.
.
Setelah sarapan Kagome
menghampur ke kamarnya, disaat itulah sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
Dengan terburu-buru dia menerima panggilan itu tanpa mengecek siapa si
penelpon, kekecewaan memenuhi hatinya saat dia mendengar suara Ayumi bukan laki-laki
yang dia harapkan. Walaupun begitu, bukan berarti dia tidak senang temannya
menelepon. Sebenarnya dia sangat merindukan mereka Eri, Yuka dan Ayumi. Ayumi
mengajak Kagome ke mall favorit mereka, dia akan menjemput Kagome tepat jam
satu siang. Dengan cepat Kagome menyanggupinya, dia tidak perlu alasan lain
untuk menghindari situasi aneh dan canggung serumah dengan kakaknya yang
sekarang ‘teramat ceria’. Setelah panggilan berakhir, Kagome tertawa kecil
membayangkan interogasi yang akan mereka lakukan. Cara apapun yang mereka akan
lakukan, dia tidak akan membuatnya mudah untuk mereka kali ini. Dia akan
menjadi narasumber yang alot, sebelum mereka mentraktirnya di Wcdonald.
Pikirannya terbang jauh
meninggalkan ruang kecil yang dicintainya, lalu pikirannya membawanya ke tempat
pertama kali mereka mulai berbincang. Di bawah sebuah pohon besar yang sangat
rindang, terletak di depan kantin kampus. Tempat yang tidak begitu ramai,
disitulah tempat Kagome dan Sesshoumaru pertama kali berbicara walaupun dengan dibumbui
dengan kesombongan seorang youkai dan kekeras kepalaan seorang gadis yang baru
saja patah hati.
Kagome sedang duduk sambil memainkan apelnya, dia melemparkannya dari satu tangan ke tangan yang lain. Matanya menerawang jauh ke depan, dia begitu tenggelam dalam lamunannya sehingga tidak menyadari bahwa Sesshoumaru sudah duduk di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan Kagome?" dia bertanya dengan nada
dingin.
"Apa?" dia sama sekali tidak
mengerti apa yang dia maksudkan.
“Apa universitas ini tidak cukup luas bagimu?” sindir Kagome, matanya
menyelidik youkai yang duduk berjarak satu meter disampingnya.
Sesshoumaru sama sekali tidak mengindahkannya, tidak peduli dengan gadis
sebelahnya yang kini mengerucutkan bibirnya.
“Kesedihanmu itu tidak beralasan”
kesombongan tepancar jelas dari suaranya.
‘Apa yang dia maksud itu hubunganku dengan Kikyo dan Inuyasha?’ dia pikir.
“Kamu tidak mengerti sama sekali apa yang aku rasakan dan jangan pernah
menasehatiku tentang apa yang harus aku rasakan dan apa yang tidak!” bentak
Kagome dengan sengit “ Karena kamu tidak tahu seperti apa rasanya...” suaranya
tenggelam.
Sesshoumaru tidak memandang lawan bicaranya, kata-kata selanjutnya bagai
dia sampaikan kepada angin yang bertiup semilir. “Patah hati?” wajahnya seakan
geli menyebutkan kata-kata tersebut, penghinaan jelas terbaca dari nada
suaranya.
“Silahkan, tertawalah!
Tertawalah sepuasmu, kau tidak tahu dan kurasa kau tidak akan pernah tahu.
Youkai dingin, arogan, dan sombong sepertimu bahkan tidak punya hati untuk
merasakan apapun” Kagome benar-benar di puncak amarah, tanpa takut dia
berbicara bahkan setengah berteriak kepada Sesshoumaru yang tidak hanya
disegani manusia tetapi juga oleh para youkai lain.
Sesaat kemudian dia baru
menyadari apa yang dilakukannya, sekejap perasaan takut itu menyelinap di dalam
hatinya. Takut akan apa yang bisa dengan mudah Sesshoumaru lakukan, atas apa
yang diucapkannya. Tapi rasa takut itu segera menghilang setelah melihat wajah
sombong pangeran es di sampingnya, ingin sekali dia menghinanya bila suatu saat
nanti dia merasakan apa yang saat ini dia rasakan. Andai dia bisa menyaksikan
suatu saat nanti terjadi, dia akan tertawa puas di hadapannya.
“Menyedihkan” Sesshoumaru
berkata dengan jijik.
"Tidak begitu menyedihkan
merasakan apa yang aku rasakan saat ini" kesedihan mulai menggelantungi lagi hatinya, tetapi
nada suaranya menantang.
"Kamu bahkan tidak benar-benar
mengetahui apa yang kamu rasakan" suaranya dingin, dia memperhatikan Kagome dari
sudut matanya.
"Dan.. kau pikir kau lebih
mengetahui perasaanku lebih baik dibandingkan diriku sendiri?” Kagome tidak
habis pikir apa yang dipikirkan youkai menyebalkan itu saat ini, mereka
benar-benar saudara pikirnya. Dia dan Inuyasha benar-benar bisa menjadi teman
yang amat sangat menjengkelkan.
Sesshoumaru menoleh, pada
pertama kalinya pandangan mereka bertemu. Tidak ada lagi kata yang keluar dari
mulut Kagome, dia seperti terhipnotis.
Entah karena mata emasnya itu begitu hangat, sangat kontras dengan seluruh
penampilan, suara, dan sikapnya yang dingin. Atau mungkin karena mata yang
tidak dapat disangkal sangat indah itu sangat mirip dengan mata Inuyasha?.
“Iya” jawabnya pendek,
suaranya penuh dengan kepercayaan diri. “Kamu akan lebih merasa sedih bila kamu
kehilangan orang laing selain dia” entah
mengapa saat itu dia tergelitik untuk berpikir bahwa ada arti lain dari ucapan
Sesshoumaru.
Kagome ingin sekali tertawa keras di
depan wajahnya, dia ingin sekali menyangkal pernyataannya barusan dengan keras
kepala. Kagome sangat ragu dengan segala yang dia dengar, tapi kalimat yang keluar dari mulutnya adalah
“Buktikan!” dia menantangnya!
End Of Flashback
Untuk beberapa alasan
semenjak itu mereka lebih sering bertemu, dan disinilah Kagome sekarang jatuh
cinta kepada pangeran es.
Kagome mandi sebelum pergi
dengan teman-temannya, dia sedang berada di tengah-tengah tangga menuju ke atas
saat dia melihat seseorang muncul dari balik pintu kamarnya, dan orang itu
adalah Kikyo! Pandangan Kikyo tertunduk, wajahnya diselimuti oleh cahaya putih
kebiruan tipis yang berasal dari layar ponselnya. Dengan spontan Kagome turun
dua anak tangga, sehingga cukup untuk menyembunyikan keberadaannya dari
penglihatan Kikyo. Setelah dia sudah tidak mendengar lagi derap langkah Kikyo
di lorong atas dengan terburu-buru dia masuk ke kamarnya. Dia menutup pintu
kamarnya dengan perlahan, dia bersandar di pintu. Pandangannya menjelajah
meneliti barang-barang di kamarnya, tanpa yakin apa yang dia cari.
Apa yang Kikyo lakukan di dalam kamaruku? Apa yang dia cari? Apa dia
mencariku? Bila memang dia mencariku, mengapa dia tidak melongokkan saja
kepalanya dari pintu dan pergi saat dia melihat aku tidak ada di dalam kamar.
Aku yakin walau sekilas, aku melihat dia tersenyum saat melihat layar
ponselnya. Oh ponselku!
Kagome
duduk di tepi tempat tidur, dia yakin menaruh ponselnya disamping lampu tidur
di atas meja di samping ranjangnya. Kini ponselnya tergeletak dekat jam
wekernya, letaknya sedikit berubah. Kagome mengutak-atik ponselnya, meski tidak yakin
apa yang dia cari. Dia hanya memasang kunci geser, sedikit merasa menyesal
mengapa dia tidak memasang pin atau pola sebagai pengaman. Hentikan Kagome! Apa sih yang aku pikirkan? Tetaplah berpikir positif
oke, pikirnya.
Selesai berpakaian, dia membuka
jendela kamarnya. Lagi-lagi tenggelam dalam lamunan. Dia terpaku di tempat saat
samar-samar mendengar suara kakaknya yang sepertinya terlibat pembicaraan di
telepon dengan seseorang, dan mereka sedang membicarakannya. Dadanya berdegup
kencang, dia memasang telinganya baik-baik. Tanpa perlu banyak usaha dia bisa
mendengarnya, kamar Kikyo tepat disamping kamarnya dan dengan jendela terbuka
lebih memudahkannya untuk menguping pembicaraan mereka. Memang menguping tidak baik,
tapi dia merasa perlu tahu bila namanya disebut olehnya.
Nada suara Kikyo terdengar lembut "iya, terdengar
sedikit konyol tetapi..." ia terdiam sesaat.
“Itu akan sangat hebat, terima kasih. Aku akan
sangat menghargainya"
Kikyo tertawa kecil "Tidak, sepertinya Kagome akan pergi dengan teman-temannya" hening sesaat.
"Hai, arigato"
Siapa yang
diteleponnya? Aku benci mempunyai pikiran buruk ini, tapi dialah satu-satunya
pemicu. Sudahlah, aku harus melupakannya. Mungkin perasaan tidak enak ini hanya
karena aku berada dalam masa pra menstruasi. Aku harus berhenti memikirkan
Kikyo, dan buang semua pikiran buruk itu jauh-jauh.
E/N: Fanfic ini awalnya untuk posting di Dokuga jadi bahasanya agak campur aduk, ga nyangka untuke revisi makan waktu yang ga sebentar. Thanks buat yang udah baca, next chapter dari three-shots ini akan langsung di posting setelah selesai di revisi. Okay then, please enjoy and don't forget to leave reviews. Let me now what you think okay *wink* Ja ne ^^.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar