Disclaimer: I don't own any of Inuyasha character in this story, Inuyasha
belongs to Rumiko Takahashi sensei.
Sial! Aku sangat membenci ini, merasa seperti orang asing dirumahku
sendiri. Ini semua karena dia, belum puaskah dia? Terserah mau apa dia sekarang,
apapun itu sepertinya itu bukan sesuatu yang bagus. Aku benci mempunyai pikiran
buruk seperti ini, entahlah....
“Oi, Kagome!” sebuah suara yang amat dikenalnya terdengar dia menoleh
mencari sumber suara tersebut, Inuyasha yang mengenakan celana jins biru
t-shirt abu-abu dengan jaket merahnya dan sebuah baseball cap muncul dari
belakangnya dia tersenyum.
"Hai Inuyasha" jawabnya setengah hati.
Inuyasha duduk di kanan Kagome, pandanganya menyelidik "Apa yang kau lakukan disini
sendirian?" suara menyebalkan yang Kagome
rindukan.
"Cuma cari angin" Kagome tersenyum tipis, kemudian keheningan yang canggung sesaat.
"Kagome, maafkan aku"
ucapnya tanpa
melihat Kagome.
"Untuk apa?" masih
dengan nada datarnya.
"Kau tahu, pertemuan
terakhir kita" suaranya hampir seperti bisikan
"Itu bukan salahmu,
Inuyasha" Inuyasha menatapnya "semua itu hanya salah paham, jadi jangan pernah merasa tidak
enak" tidak ada keraguan
sedikitpun yang terpancar dari suaranya, Kagome berkata tulus. Kini amarahnya mulai mereda, ia
merasa sangat lelah tidak ada tenaga bahkan untuk marah.
"Aku sama sekali tidak tahu bahwa kamu..." dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
"Kamu tidak tahu apa? Kamu tidak tahu bahwa aku dulu menyukaimu?" Kagome tertawa kecil "Itu sudah bukan masalah lagi sekarang, ya kan?" kata-katanya terdengar asam
ditelinganya. “Aku
akan selalu menyayangimu sebagai sahabat ‘menyebalkan’ terbaikku” mendengar itu
Inuyasha tersenyum kecil.
"Lagipula kejadian itu terjadi bukan tanpa
alasan, pasti ada sesuatu yang disiapkan untukku" Kagome seperti meyakinkan dirinya
sendiri dengan ucapannya.
"Bagaimana hubunganmu dengan Kikyo?" tanya inuyasha lagi.
"Aku belum benar-benar berbincang dengannya, tiga
hari ini aku dirumah. Rasanya sedikit aneh, kami hanya berbicara seperlunya saja dan sampai beberapa saat yang lalu aku..." kali
ini Kagome menatap kedua ujung sepatunya "Aku meledak saat aku mendengar dia menelepon
Sessshoumaru, aku begitu marah karena dia tidak menjawab teleponku tapi dia
menjawab telepon dari Kikyo”
sedih dan marah bercampur didalam suaranya.
Rasanya aneh saat dia mengucapkan itu, rasanya itu
hanyalah masalah sepele. Seharusnya dia tidak begitu marah kepada Kikyo karena
Sesshoumaru tidak menjawab teleponnya, itu memang masalah sepele andai saja dia
tidak menyukai Sesshoumaru. Andai saja kejadian enam bulan yang lalu itu tidak
terjadi, andai saja kakaknya tidak mengucapkan hal-hal yang menyakitkan hatinya,
tidak menuduhnya serendah itu. Semua itu seakan bom waktu, rasa cemburu dan
takut kehilangan Sesshoumaru merupakan perpaduan yang pas dengan amarah dan
dendam yang terpendam kepada kakaknya lebih dari cukup membuat hal sepele itu
menjadi pemicu.
"Apa? Pangeran es itu?"
Inuyasha setengah berteriak, dia benar-benar terkejut. Belum sempat Kagome
menjelaskan apa yang terjadi dia sudah bertanya lagi “Apa sekarang Kikyo dengan bajingan itu?" Kagome tidak tahu harus berkata apa.
"Bukankah kamu dan Kikyo" Kebingungan jelas
tersirat dari suara Kagome. "Tunggu! Dia bukan bajingan, dia
itu baik dewasa, dan perhatian"
dengan spontan dia
membela laki-laki yang menguasai hatinya, bahkan dari adiknya sendiri.
Inuyasha terkejut mendengar kata-kata yang keluar dari
mulut Kagome, dia terkejut karena Kagome kini membela Sesshoumaru. Dulu dia hanya mengacuhkan ocehannya tentang Sesshoumaru, tapi sekarang.
Apa karena kini mereka belajar di universitas yang sama lalu mereka menjadi
dekat? Tadi Kagome bilang penyebab pertengkaran dia dan Kikyo kali ini adalah
Sesshoumaru, apakah itu berarti mereka berdua menyukai Sesshoumaru? Kedengarannya tidak masuk akal baginya, dua perempuan yang dia sayang
selain ibunya. Yang satu adalah sahabat terbaiknya sedangkan yang satu adalah
cinta pertamanya, mereka sekarang menyukai Sesshoumaru? Si bajingan yang
arogan, dingin, perfeksionis, sadistis, dan sombong!
"Maksudku, Sesshoumaru itu orang baik, sama sepertimu. Walaupun tidak
satupun diantara kalian berdua yang menunjukkan kebaikan kalian dengan cara
yang sama yang seperti orang lain lakukan” Kagome kikuk, apa yang akan Inuyasha
pikirkan kalau tahu sekarang dia menyukai Sesshoumaru.
“Aku tidak tahu harus bangga atau tersinggung kau
menyamakan aku dengan..” Inuyasha berhenti, dia menahan diri untuk tidak
mengeluarkan kata-kata panggilan ‘tersayangnya’ untuk sang kakak “Dia” Inuyasha
menyeringai, menatap mata Kagome dia menggodanya "Kau menyukainya ya?" salah satu sudut bibirnya terangkat "Tapi jangan katakan kamu berdua bertengkar lagi dan kali ini
karena pangeran es
itu?".
“Berhenti menggodaku” Kagome meninju pelan lengan
Inuyasha “Lagipula kau belum
menjawab pertanyaanku Inuyasha"
“Walaupun aku tidak akur dengannya, tapi bila kau
dengannya aku... tenang” Inuyasha berkata dengan canggung “Dia adalah
satu-satunya laki-laki yang aku yakin akan menjagamu dengan baik, akan sedikit
overprotektif tapi tidak diragukan lagi” mendengar itu wajah Kagome kembali
memerah.
Inuyasha menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan Kagome dengan setengah hati "Iya kami putus Kagome" kata-kata yang keluar dari
mulut Inuyasha membuat pikiran Kagome kembali ke kejadian
tadi, jadi apakah Kikyo dan
Sesshoumaru dekat? “Tidakkah kau mau mengucapkan selamat kepadaku” dia tersenyum pahit.
Mereka berdua menghela nafas disaat yang bersamaan lalu mereka berdua saling pandang lalu Kagome tertawa kecil, Inuyasha berpaling lalu menatap ke kejauhan dia memasang lagi topeng laki-laki tangguhnya. Seakan-akan semua itu tidak
masalah baginya, tapi Kagome tahu dia sangat sedih. Dia terlalu mengenal baik
Inuyasha, untuk tidak melihat kesedihan yang berusaha ditekan dalam-dalam
olehnya.
"Bagaimana bisa?” tanyanya penasaran, Kagome memang tidak menyangka akan
berakhir seperti itu. Dia pikir hubungan mereka berdua akan baik-baik saja atau
bahkan lebih baik bila dia pergi.
"Feh!"
Inuyasha tahu yang dimaksud Kagome adalah bagaimana hubungan dia dan Kikyo
kandas.
"Sudahkah kau menjelaskan kepadanya
Inuyasha?"
"Tentu saja sudah Kagome, kau pikir aku sebodoh itu?" salah satu alisnya terangkat, Kagome hanya diam saja dia terlalu malas untuk berdebat seperti dulu.
"Aku telah menjelaskan kepadanya, tapi satu bulan sejak kejadian itu dia
memintaku untuk menjauh darinya dia ingin sendiri" suaranya datar tapi tidak dengan
wajahnya yang dirundungi kesedihan.
"Kau masih mencintainya"
kata-kata itu meluncur begitu saja Kagome masih
memandangnya tetapi Inuyasha tidak berpaling
masih tetap menatap kekejauhan dihadapannya, dia merasa ikut sedih dan kasihan
kepada Inuyasha. Saat ini sudah tidak ada lagi perasaannya yang tertinggal
untuk Inuyasha
seperti dulu selain perasaan sayangnya sebagai sahabat.
"Perempuan bodoh" gerutunya.
"Apa!?" setengah
teriak Kagome hampir saja menyemburnya dengan amarah
"Kikyo, dia bodoh! Aku masih merasa buruk bila mengingat kejadian itu, apakah dia tidak mempercayaiku? Aku tidak percaya hubungan kami sedangkal itu, apakah rasa percayanya kepadaku
setipis itu... "
tangannya terangkat ke udara seperti menyerah "Dia mengacaukan semuanya, dia
terlalu termakan amarah untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya" suaranya dalam penuh emosi,
kata-kata Inuyasha seperti kunci yang membuka ruang di pikiran Kagome yang
selama ini terabaikan.
Bodoh? Sepertinya kali ini akulah yang bodoh, aku tidak berpikir dengan jernih.
Akulah yang mengacau kali ini, akulah yang terlalu termakan oleh amarahku, rasa
cemburu, dan keraguan akan ketidak pastian hubunganku dengan Sesshoumaru. Rasa bersalah langsung
menghantamnya bagaikan, ratusan batu bada yang menimbunnya. Kemana pergi
dirinya yang selalu percaya akan benang merah takdir? Benang merah itu tidak
akan pernah salah menjalin dua insan, dia selalu percaya itu. Bagaimanapun
perjalanan hidup berkelok-kelok kedua ujung benang itu akan tetap terikat, dan
menyatukan sepasang dua hati di satu ikatan.
Hati Kagome menjadi lebih
tenang, senyum terukir di wajahnya.
"Aku rasa kakakku tidak bodoh Inuyasha, dia hanya terlalu mencintaimu"
Inuyasha memandang
Kagome dengan heran, lalu dia tersenyum melihat senyum tulus di wajah Kagome tahu dia menahan diri untuk tidak menyangkalnya.
“Kagome.." dia
tidak dapat melanjutkan kata-katanya.
Kagome menatap sahabat terbaiknya,tersenyum "Arigato Inuyasha"
ucapnya.
"Feh, untuk apa bodoh?" kebingungan jelas tersirat dari wajahnya .
"Untuk berbicara denganku dan membuka
pikiranku" ujarnya dengan senyum manis,
Inuyasha memalingkan wajahnya.
"Ayo, kuantar kau pulang sebentar lagi gelap" dia sudah
bangkit dari duduknya lalu Kagome
mengikutinya.
Tadinya dia berpikir kedatangan Inuyasha hanya akan
membuatnya bertambah marah tetapi yang terjadi justru sebaliknya, dia memberi
sedikit pencerahan. Ada perubahan di dalam diri Inuyasha selama mereka tidak bertemu, dia tidak terlalu menyebalkan seperti sebelumnya. Inuyasha berubah, bukan hanya perubahan secara fisik
saja, dia menjadi sedikit lebih dewasa. Mereka berjalan
berdampingan dalam diam tenggelam dalam pikiran
masing-masing, hingga tiba di kaki tangga menuju rumahnya. Kagome berpamitan mengucapkan terima kasih lalu mereka
berpisah.
Hari sudah gelap
saat Kagome tiba diambang pintu “Tadaima” Kagome mengucap salam dengan ceria namun tidak ada jawaban
terdengar
Hanya
suara samar-samar seseorang yang berbicara di kejauhan saat dia memasuki rumah, tidak ada suara tv yang
biasanya menhiasi rumahnya di jam-jam seperti ini. Ruang tengah adalah tempat pertama yang ia masuki
untuk mencari anggota keluarganya, tempat yang nyaman untuk
menghabiskan waktu bersama mereka. Betapa kagetnya Kagome saat menggeser
pintu kesamping, meja ditengah ruangan telah dipenuhi oleh berbagai macam makanan yang hanya tersedia di acara-acara khusus. Hampir
semua adalah makanan kesukaannya, ditengah meja terdapat satu buah Red Velvet dari toko kue kesukaannya dengan ucapan untuknya dan lilin-lilin
yang belum tersentuh api. Kakeknya, Sota dan ibunya
mengucapkan selamat ulang tahun secara bersamaan sambil melepaskan confetti.
Tidak butuh waktu lama untuk air mata menggenang di
pelupuk matanya, mereka mengingatnya ia bahkan lupa bahwa hari ini hari ulang
tahunnya terakhir kali dia mengingatnya minggu lalu. Bagaimana hari cepat
berlalu, ia pikir masih beberapa hari lagi ulang tahunnya.
"Happy birthday Kagome" ucap ibunya saat dia
duduk disebelah ibunya, Kagome langsung menghambur ke pelukan ibunya.
"Happy birthday sis!"
Kagome masih memeluk ibunya saat suara Sota yang bersemangat terdengar di telinganya, Kagome berbalik lalu merangkul Sota.
"Selamat ulang tahun Kagome,
aku harap kau dapat menyimpan ini baik-baik" kakeknya memberinya sebuah cangkang
yang dipercaya olehnya
sebuah sirip ikan duyung yang
termasuk warisan keluarga Higurashi turun temurun, cangkang yang bila disimpan dengan baik akan membawa kesuksesan dan keberuntungan untuk meraih apapun yang
diinginkan.
"Arigato mama, Sota, kakek.... aku sangat menyukainya"
Kagome menghapus air mata disudut matanya, hari ini seperti roller coaster
baginya.
"Hei, Sota dimana Kikyo?" tanya ibunya kepalanya menengok kekanan dan ke
kiri.
"Dia pergi ke kamarnya 10 menit yang lalu"
kakeknyalah yang menjawab.
"Dialah yang merencanakan pesta kejutan ini
untukmu Kagome" ibunya menatapnya dalam-dalam, seakan telah mengerti semua yang telah terjadi.
Dengan tatapannya yang lembut seakan-akan memohon agar Kagome dan Kikyo
menyudahi apapun yang mereka pertengkarkan.
Kagome memberi ibunya senyum pengertian "Aku akan memanggilnya" Kagome
bangkit dari
duduknya.
"Sota jangan terlalu banyak minum soda"
suara ibunya dan yang lain perlahan menghilang saat Kagome menaiki tangga.
Kagome setengah berlari saat menaiki tangga, ia
mengutuk dirinya sendiri di dalam hati. Dia merasa buruk kepada kakaknya, atas
apa yang baru-baru saja dia lakukan.Kata-kata Inuyasha benar-benar menohoknya
keras, membuatnya melihat kesalahannya sendiri. Dia tidak akan membiarkan
dirinya lebih jauh lagi termakan oleh prasangka-prasangka buruk yang telah
merusaknya. Kini dihadapannya adalah pintu kamar
Kikyo, seketika itu
juga keraguannya lenyap,
digantikan keberanian untuk merasakan penyesalan dan rasa
bersalah. Dia
mengetuk pintu dengan lembut.
"Kak” panggilnya “Aku ingin berbicara denganmu, jika kau tidak tidak
keberatan" suaranya
terdengar jauh ditelinganya sendiri.
Pintu terbuka,
dihadapannya kakaknya memakai celana jins biru dan sweater putih duduk. Kikyo berdiri tegak dengan wajah datar menatap Kagome yang dengan canggung berdiri
di ambang pintu.
"Masuklah" perintahnya, dia berjalan lalu dia di tepi ranjangnya. Tangannya menepuk
kasur di sebelah kirinya, mengundang Kagome untuk duduk di sisinya kali ini Kagome menurut.
"Maafkan aku, tentang apa yang terjadi tadi" ia menghela nafas "Aku tidak tahu darimana aku harus memulainya, tapi aku benar-benar menyesal" kata-katanya tersendat-sendat, mata Kagome terpejam dia menggelengkan kepala cepat. "Banyak sekali yang ingin kubicarakan denganmu kak tetapi” ia tertunduk.
“Aku
rasa aku masih marah atas kejadian itu" Kagome seperti berbicara kepada
tangan dipangkuannya. "Aku marah karena kau tidak percaya kepadaku. aku
marah atas apa yang kau katakan waktu itu" suaranya bergetar. "Kamu tahu aku menyukai Inuyasha, tapi itu bukan
alasan untukku" Kagome menatap kakaknya dalam-dalam.
"Aku tidak melakukan seperti apa yang kamu tuduhkan" kekecewaan jelas terpancar
dari suaranya. "Dia sahabatku dan kau kakakku yang dulu selalu menyayangi dan melindungiku" ia menarik nafas "Aku pergi ke universitas yang jauh dari rumah karena aku
tidak ingin menjadi penghalang kalian, aku tidak ingin kamu merasa bersalah
atau merasa kasihan
padaku dan aku akan bahagia bila kalian berdua bahagia" Kikyo tak melepaskan pandangannya. “Aku harap kau mau memaafkan
aku” suaranya bergetar oleh emosi.
"Kagome, seharusnya akulah yang meminta maaf
kepadamu" kedua alisnya berkerut ditengah "Akulah yang salah aku
bukanlah kakak yang baik" dia tertunduk karena malu. "Saat
itu aku sangat cemburu kepadamu karena laki-laki yang pertama kali memikat
hatiku lebih menyukaimu, walaupun dia tidak menunjukkannya kepadamu saat itu
tapi aku yakin untuk
beberapa alasan" dia
tersenyum melihat kebingungan jelas di
wajah Kagome.
"Kagome, dulu aku marah kepadanya
dan aku marah kepadamu. Kau selalu menjadi musim panas yang hangat dan dicintai semua orang dan
aku selalu menjadi musim dingin” Kikyo menunduk lagi, poninya menutupi matanya.
“Aku sangat iri denganmu,
sikapmu yang selalu hangat membuatmu bisa dengan
mudah berteman dengan siapapun, kau begitu mudah untuk dicintai tidak seperti
aku" mendengar pengakuan kakaknya membuat hatinya terenyuh dia sama sekali
tidak menyangka selama ini itulah yang dirasakan oleh kakaknya.
"Karena itu aku menerima Inuyasha saat dia
mengungkapkan perasaannya kepadaku. Hanya karena aku tahu kau amat sangat
menyukainya, aku ingin kau merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Maaf, aku tahu aku jahat
kepadamu. Tidak apa-apa bila kau membenciku" ia memalingkan wajahnya "Maaf"
suaranya tercekat. Tidak ada kemarahan lagi dihati Kagome, hanya perasaan kasihan yang tersisa untuk kakaknya. Kakaknya yang dulu
dikaguminya ternyata iri padanya, dia sama sekali tak menyangka itulah alasan
dibalik semuanya. Dibalik sikap dinginnya dia terkubur oleh rasa kegelisahan
dan ketidaknyamanannya pada diri sendiri.
Kagome tertawa kecil "Kakak, kau tahu siapa yang
dari dulu aku kagumi? Itu adalah kau. Kepintaranmu, sikapmu, kedewasaanmu, dan semua
tentangmu” dia
tersenyum, menggenggam tangan kakaknya. Dengan lembut menepuk-nepuknya, mencoba
menghiburnya. “Ngomong-ngomong aku sangat menyukai musim dingin, aku suka
salju. Hanya di musim dinginlah aku bisa
melihat malaikat di tanah, hal-hal yang menyenangkan banyak terjadi di musim
dingin. Kita biasanya berbaring di salju, membuat pola malaikat. Di musim
dingin hampir semuanya tertutup salju yang putih, mencerminkan kesucian dan
keindahan. Dan putihnya salju mengingatkanku kepada laki-laki yang juga sangat
mencintai musim dingin. Dia sangat kehilangan saat musim dingin pergi
meninggalkannya, dia akan melakukan apapun agar dia bisa bertemu dengan musim
dingin lagi. Karena laki-laki itu sangat mencintainya”
"Aku rasa kita menarik dengan cara yang berbeda kak" Kikyo mengangkat wajahnya menatap Kagome kini senyum kecil menghiasi
wajahnya. “Aku tidak hanya ingin menjadi adik mu tetapi aku ingin menjadi sahabatmu”
Kagomepun tersenyum “semua itu
permasalahan itu terjadi hanya karena hormon di masa
keremajaan kita yang tidak menentu aku rasa" tawa kecil menyelinap dari bibir Kagome
"dan aku harap kita bisa kembali seperti dahulu, disaat kita selalu
bersama menceritakan semua yang ada di kepala kita agar tidak ada lagi salah
paham dan tidak
ada lagi ego laki-laki yang membengkak
karena ada kakak beradik yang bertengkar karena mereka"
kali ini mereka tertawa bersama.
"Kak, tadi sore aku bertemu
dengan Inuyasha di taman dia meminta maaf padaku tidak seperti dirinya yang dulu susah sekali untuk
mengucapkan maaf. Dia berubah dan
dia membuka pikiranku saat dia berbicara tentangmu, kenapa kau putus dengan Inuyasha?" wajah dan suaranya
mencerminkan rasa penasarannya yang besar "Dia sangat mencintaimu kak" kata-kata itu terlontar begitu saja darinya "Aku hanya tidak mengerti".
"Pertama karena aku memang tidak mencintainya walaupun dia mencurahkan
perhatian yang besar kepadaku. Seperti yang aku katakan kepadamu sebelumnya, aku menjalaninya hanya karena kebodohanku"
Kikyo menghela nafas
berat "Setelah kejadian itu di meminta maaf padaku menjelaskan apa
yang terjadi, bahkan dengan bodohnya dia bersedia
berjanji untuk tidak berteman denganu lagi bila itu memang yang aku
inginkan" kedua alisnya hampir bersatu menunjukkan penyesalan yang amat
dalam.
"Dua hari kemudian kami kembali seperti sedia
kala, dia lebih perhatian kepadaku. Tidak sekalipun dia membuatku sedih setelah
kejadian itu, tetapi disaat itulah aku sadar dia terlalu baik untuk kusakiti
dengan berpura-pura mencintainya seperti dia
mencintaiku. Aku
merasa buruk sekali, aku merasa bersalah kepadanya. Dan tidak lama setelah itu aku meminta untuk berpisah,
aku tidak bisa
menyakitinya lebih jauh lagi” matanya terpejam Kikyo menahan air matanya.
"Dan sekarang kau baru tersadar kalau kau juga mencintainya" walaupun hanya sesaat dia bisa
melihat air mata di sudut mata kakaknya tetapi Kikyo tertawa kecil, kedua sudut bibirnya tertarik sedikit kebawah. "Aku harap akan ada kesempatan
kedua untuk kau dan Inuyasha” dia menepuk-nepuk tangan kakaknya dengan lembut.
Kikyo menariknya, merangkulnya dengan erat. “Maafkan
aku Kagome, aku harap kau bisa memaafkanku”
“Jangan berkata begitu kak, aku juga salah” Kagome
bisa merasakan bajunya di bagian bahu sedikit basah karena air mata kakaknya.
“Arigato kagome” dia melepas rangkulannya, Kagome menghapus
jejak air mata dari pipi Kagome.
“Kita sebaiknya bergegas sebelum Sota menghabiskan
semua kuenya kak” ucap Kagome riang.
“Tunggu sebentar Kagome” Kikyo mengambil sesuatu
dari laci lemarinya, “aku yakin ini milikmu” Kikyo menyerahkan snow globe
buatan sendiri yang Inuyasha berikan saat itu.
“Aku tidak percaya kau masih menyimpannya, arigato
kakak” Kagome tersenyum sumringah, dia hampir melompat karena senang.
Disaat bersamaan suara ibunya terdengar dari ujung
tangga di bawah "Kagome,
Kikyo ayo makan!”
"Hai, mama" Kikyo
cepat-cepat menjawab.
"Ayo turun" Kagome
sudah bangkit dari duduknya saat kakaknya meraih tangannya, rasanya lega tidak ada lagi kesalah pahaman antara dia dan kakaknya yang ada hanya perasaan bahagia menemukan
kakaknya kembali.
"Kagome kau tahu siapa yang menolakku saat SMA?" tanyanya saat mereka berdua menuruni tangga
"Tidak" Kagome menggeleng kecil, disaat yang bersamaan bel pintu
berbunyi.
"Itu pasti dia yang datang"
Kikyo dengan semangat mendorongnya ke ruang tengah tempat keluarganya
berkumpul, Kagome duduk disamping ibunya yang tersenyum lebar seakan mengetahui
sudah tidak ada lagi tembok yang terbuat dari api
cemburu diantara kedua putri kesayangannya.
-----*****-------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar