Rated : MA
Status : Incompleted
Disclaimer : I do not own
Inuyasha
Disclaimer : I do not own
Inuyasha!
Warnings: OOC, Kagome is inu
hanyou. Adult content, it’s a dark fic, graphic [extreme] violence, and fluffy
in the next chapter, maybe ^^.
Matahari
berada di puncak kepala, angin bertiup lebih kencang dari biasanya. Di hutan
yang dilaluinya bukanlah suara kicauan burung yang terdengar tetapi geraman
marah, dan sumpah serapah. Sesshoumaru sedang dalam pengembaraannya saat dia
mendengar bunyi pedang beradu, sesaat kemudian bau karat, amis, dan manis bau
dari darah menusuk hidungnya, membuatnya ingin mencari tahu siapa yang sedang
bertarung. Seorang hanyou wanita dengan rambut yang hitam lebat panjang di
kuncir kuda dengan tinggi, ia memakai kimono biru pendek sedikit diatas lutut dengan
motif bunga merah dan obi putih sedang bertarung dengan youkai serigala
berambut silver sebahu. Sesshoumaru mengenalinya sebagai Kuroichi sang youkai
penguasa wilayah timur Jepang, saingannya dalam memperluas wilayah.
Dia
berhenti di bawah sebuah pohon, dia menyembunyikan auranya untuk memperhatikan
pertarungan mereka. Darah yang tadi diendusnya berasal dari Hanyou wanita itu
yang terluka dilengannya oleh sabetan pedang Kuroichi, darah mengalir deras
dari lengannya yang kini terkulai lemah. Anehnya tidak ada ketakutan yang
tergambar di wajah cantiknya, hanya seringai yang sadis menghiasinya. Dia
menikmati pertarungan itu, pikir Sesshoumaru yang tanpa sadar kedua sudut
bibirnya sedikit terangkat. Entah mengapa hanyou wanita yang sebentar lagi akan
menemui ajalnya di tangan Kuroichi itu menarik perhatiannya. Tidak pernah dia
melihat wanita bertarung seperti itu, seperti tidak ada beban walau lawannya
adalah youkai yang terkenal karena keberingasannya dalam menghancurkan lawan.
Kuroichi tidak pernah mengenal hasil pertarungan seimbang atau kalah yang ada
di kamusnya hanyalah kemenangan. Dia tidak akan pernah segan-segan membunuh
lawannya, karena itulah dia menjadi Dai youkai, pemimpin para youkai di wilayah
Timur ini.
“Jangan
membuatku mengulangi pertanyaanku lagi, serigala bodoh” tanya Kagome di
sela-sela adu pedang mereka “Apakah kau kenal dengan seorang miko bernama
Kikyo?” ada nada pahit disaat dia menyebut nama itu, dada Kagome kembang kempis
karena pertarungan itu begitu menguras tenaganya.
“Apakah
dia seorang pelacur?” tanyanya balik dengan senyum menantang.
“Jawabanmu
salah” dia mengayunkan pedangnya, Kuroichi tidak sempat mengelak sehingga baju
pelindungnya di bagian bahu Kuroichi hancur. Kagome hampir saja berhasil memenggal
kepala Kuroichi, musuhnya yang kini menggeram kemudian dia tertawa. Tawanya
menggema, tawanya itu membuatnya bertambah muak.
“Kau
tidak akan bisa melukaiku wanita” dia tertawa lagi, tawa penuh penghinaan.
“Tch,
kau terlalu cepat tertawa orang tua!” Kagome melumuri cakarnya dengan
darah yang mengalir di lengannya yang
terluka, lalu melempar nya ke arah Kuroichi yang tidak menyangka akan serangan
baliknya. Darah Kagome berubah seperti puluhan mata pisau tajam berterbangan ke
arahnya, serangan itu berhasil menyayat sekujur tubuh Kuroichi.
“Oh
Kami- Sama kenapa jantan selalu diciptakan dengan ego yang lebih tinggi, aku
benar-benar membenci itu. Selalu memandang wanita lebih rendah dari mereka” dia
berteriak, suaranya bergetar dengan emosi. “Kau akan mati ditanganku bodoh, di
tangan seorang wanita!” suara Kagome penuh janji untuk menjadikan apa yang
dikatakannya sebentar lagi akan menjadi kenyataan.
Kata-katanya
membuat darahnya mendidih dia menyerang Kagome dengan membabi buta, pedangnya
diayunkan secara acak berniat untuk memotong bagian apa saja yang bisa
diraihnya. Kagome menghindar saat Kuroichi mengayunkan pedang ke arah
kepalanya, dia melompat kebelakang hanya untuk mundur lagi saat Kuroichi terus
bergerak maju.
Ayunan pedangnya menghancurkan dengan mudah apa saja yang
tersentuh olehnya, pohon-pohon besar disekeliling mereka bahkan bukit kecil
dapat dengan mudahnya dihancurkan hingga berkeping-keping oleh pedang Kuroichi
layaknya kue beras yang begitu mudah hancur. Satu langkah mundur Kagome adalah
satu langkah maju Kuroichi, yang terus-menerus menyerang dengan gelap mata.
Harga dirinya menjadi taruhan dan dia tidak akan mati oleh seorang hanyou
rendahan, apalagi seorang hanyou wanita! Pikirnya.
Sesshoumaru
tidak sepenuhnya bersembunyi, dia bisa melihat mereka dengan jelas tetapi
mereka terlalu dipenuhi dengan nafsu membunuh lawannya sehingga tidak menyadari
keberadaannya sama sekali. Pedang Kuroichi adalah salah satu pedang yang cukup
kuat, terbuat dari cakar leluhurnya. Namun pedang yang dimiliki hanyou wanita
itu adalah pedang Makaze pedang yang tadinya dimiliki oleh Tokushin youkai
penguasa wilayah Utara yang kabarnya telah terbunuh. Sepertinya kali ini pun
tugasnya akan menjadi lebih mudah, tugas yang harus dilaksanakannya untuk
memenuhi ambisinya untuk menguasai seluruh wilayah Jepang. Setelah menahan diri
beberapa lama, akhirnya Sesshoumaru tidak tahan lagi dengan perjanjian
menggelikan yang dibuat ayahnya dengan para penguasa lain. Mengapa ada begitu
banyak penguasa bila memang dialah yang terkuat, perjanjian itu terasa
merendahkan dirinya, karena perjanjian itu membatasi dirinya. Membatasinya
untuk memperluas wilayah kekuasaannya, karena dia yakin kalau dialah youkai
yang terkuat di seluruh tanah Jepang yang terbentang.
Walaupun
tugasnya akan semakin ringan, karena tinggal penguasa Selatanlah yang menjadi
penghalang akan dirinya dan kekuasaan yang tak terbatas. Itu tidak membuat
sepenuhnya senang karena hanya dengan memikirkan tugasnya dilaksanakan oleh seorang
hanyou sangat mengusiknya, dan hanyou itu berjenis kelamin wanita.
Perbuatannya
membuatnya terganggu, apa yang sebenarnya ingin dia capai? Dia menodai
penaklukannya atas para penguasa yang lain. Mahluk yang selalu dia pandang
rendah, kini menyelinap masuk ke pikirannya membuatnya merasakan dahaga akan
keingintahuan tentangnya. Apakah dia yang membunuh Tokushin? Pasti dialah yang
membunuh Tokushin seperti kabar yang telah terdengar, karena itu jugalah Makaze
ada di tangannya. Bila benar seperti itu apa tujuannya dengan membunuh para
youkai penguasa? Jika memang dia mengincar para youkai penguasa, dia pasti akan
mendatanginya dan dia akan dengan senang hati mengirimnya ke kehidupan yang
lain. Satu sudut bibir Sesshoumaru terangkat sedikit, itupun hanya untuk
setengah detik. Mungkin dia bisa
mengalahkan Tokushin tetapi dia tidak akan berhasil mengalahkan Kuroichi,
pikir Sesshoumaru.
Saat ini
Kagome terpojok, dibelakangnya terdapat tebing yang menjulang tinggi. Dia tidak
bisa lagi menghindar dari ayunan pedang musuhnya, dia menahan sabetan pedang
Kuroichi dengan pedangnya. Pedang keduanya bergetar karena menahan kekuatan
lawan, kedua lutut Kagome tertekuk dia mendorong sekuat tenaga begitupun
Kuroichi. Perlahan dia terdorong mundur, setelah satu tarikan nafas dia
mengalirkan kekuatan youkinya melalui pedang untuk mengeluarkan ledakan cahaya
hitam yang bisa menghancurkan tubuh musuhnya. Secara bersamaan serangannya di
balas dengan ledakan kekuatan seperti api berwarna biru kemerahan, kekuatan
Kuroichi yang juga dialirkan melalui Akaiittou, pedangnya. Kedua kekuatan itu
beradu menghasilkan ledakan yang dahsyat, membuat mereka berdua terpental
puluhan meter kebelakang. Kedua pedang mereka melayang tinggi di udara lalu
jatuh ke tanah tergeletak tak berdaya, masing-masing patah menjadi dua.
Kedua
pedang adalah pedang yang mewarisi kekuatan turun temurun para leluhur yang
pernah menjadi penguasa di satu wilayah. Kekuatan yang dimiliki oleh
masing-masing pedang hampir setara, namun kekuatan serangan yang keluar dari
pedang juga tergantung seberapa besar kekuatan youkai penyandangnya mengalirkan
kekuatan youkinya. Pedang itulah yang menjadikan seorang youkai menjadi seorang
penguasa suatu wilayah. Mereka yang disebut penguasa adalah yang menyandang
pedang tersebut, itu bila mereka mewarisi pedang tersebut dari pendahulu mereka
atau bila seorang youkai penantang menang melawan penguasa dalam memperebutkan
kekuasaan.
Kagome
memaksa dirinya untuk segera berdiri setelah benturan kekuatan youki itu
menerpanya, tubuhnya melemah penuh dengan sayatan-sayatan yang masih
mengucurkan darah karena efek ledakan itu dia terjatuh lagi di kedua lututnya.
Tapi tekadnya lebih kuat dari apapun yang menghalanginya, dia bangkit lagi
berlari menyerang Kuroichi dengan senjatanya yang tersisa. Bagian tubuhnya yang
paling berbahaya, yaitu cakar tajamnya. Dia menghentakan kakinya melompat untuk
mendaratkan cakarnya yang dia tujukan kepada Kuroichi yang menghindar sedetik
sebelum cakar mematikan itu merobek tubuhnya menjadi tiga bagian, cakar Kagome
menghantam tanah membuat tanah itu hancur dan serpihannya bertebaran ke segala
penjuru arah.
“Aku
akan membunuhmu, pasti!” Kagome menyeringai menampakkan taringnya yang mengancam,
matanya terbakar oleh keinginannya untuk menumpahkan darah lawannya.
Kuroichi
balik menyerangnya dengan tendangannya yang tidak dapat dihindari oleh Kagome
menghantam punggung Kagome, membuatnya jatuh tersungkur mencium tanah. Tanpa
membuang waktu dia berguling lalu bangun kemudian berbalik menyerang dengan
cakarnya. Kali ini Kuroichi
dengan sengaja tidak menghindar, dia menangkap
pergelangan tangan kanan Kagome dengan tangan kanannya lalu dia menyerang
lengan kiri Kagome yang terluka. Dengan tangan kirinya yang bebas dia mencengkram
lengan kiri itu dengan sangat kuat. Cakarnya yang menembus kulit Kagome berwarna
kehijauan, cakar yang terselimuti racun itu menghujam dagingnya kemudian ke
tulang-tulangnya berusaha meremukan, mematahkan, lalu memisahkannya dari tubuh
Kagome. Tangan mereka saling bersilangan, geraman mengancam keluar dari mulut
Kagome.
“Aku
akan merobek mulutmu itu, yang berkata akan membunuhku” dia tertawa penuh
kemenangan
“Mulut pelacur lebih berguna daripada mulutmu” sambungnya.
Kagome
tertawa kecil mendengar kata-kata Kuroichi, satu sudut bibirnya terangkat. Walau
wajahnya semakin pucat karena menahan sakit yang tak terelakkan, dia tetap
berusaha terlihat kuat di mata lawannya.
“Aku akan menunjukkan kegunaan mulutku
kepadamu” dengan cepat dia mengigit lengan kiri Kuroichi sekuat tenaga, dia menggoyangkan
kepalanya mengoyak-ngoyak daging lawannya.
Kuroichi
berteriak dengan keras, tangan kirinya yang mencengkram lengan kanan Kagome
yang terluka semakin kuat mencengkram membuat Kagome terpejam menahan sakit
yang teramat sangat. Kuroichipun berusaha memisahkan lengan Kagome dari
tubuhnya, masing-masing dari mereka berjuang keras menahan sakit yang mereka
rasakan.
Cairan merah kental mengalir dari daging yang digigit Kagome turun ke
rahangnya lalu lehernya, taringnya menghujam dalam dan lebih dalam menembus
lapisan otot dan urat nadi kemudian tulang. Ketidakberuntungan bergelayut di
Kuroichi, taring Kagome lebih dulu merobek-robek daging lengannya. Kagome dapat
merasakan tulang bertemu dengan giginya, dengan satu kali hentakan tulang itu
berkeretak lalu dengan mudah mematahkan tulangnya kemudian pergelangan tangan
Kuroichi putus.
“Aaaarrrghhh.....”
teriakannya menyayat hati siapapun yang mendengarnya
Darah
muncrat ke segala arah, pandangan Kuroichi terpaku tempat dimana seharusnya
tangannya berada kini telah hilang. Matanya terbelalak lebar menatap bonggol
lengannya yang masih menyemburkan cairan merah, kental, hangat dan masih terus
mengalir deras. Percikannya membasahi wajah Kagome, yang memang sudah
bermandikan darah. Kuroichi terhuyung-huyung kebelakang kini teriakannya
terdengar lebih keras lagi.
Kemudian beberapa hal terjadi seperti bersamaan, Kagome
membuang tangan musuh dari mulutnya meludah mencoba mengusir rasa Kuroichi yang
masih menyelimuti mulutnya, Kuroichi melepaskan cengkraman tangan kirinya dari
lengan Kagome, kemudian cakar Kuroichi yang kini terselimuti oleh darah Kagome berpendar
lebih terang lagi dengan warna kehijauan. Semakin berpendar cakarnya semakin
banyak racun yang berkumpul, pendar racun itu semakin meningkat tepat sebelum cakar
itu menerobos dada Kagome dengan paksa dalam sekejap mata. Tangan kiri youkai
itu menembus perutnya lalu bergerak ke atas dadanya menciptakan bunyi daging
terobek dan tulang iga yang berkeretak patah.
“Ugh..”
tidak ada jeritan yang sempat keluar dari mulutnya, Kagome memuntahkan segumpal
darah segar dari mulutnya menyemburkan ke wajah, rambut, dan baju Kuroichi yang
menyeringai. Rambut silver indah itu kini ternodai oleh darah Kagome, Kuroichi
tertawa diantara nafasnya yang pendek-pendek.
“Hanya
dengan satu tangan pun aku dapat dengan mengalahkanmu, hanyou siaaal!” katanya
geram, matanya berkilat dengan penuh amarah dan kebencian kepada hanyou yang
berhasil membuatnya kehilangan sebelah tangan, akan butuh beberapa puluh tahun
sebelum tangannya kembali seperti semula.
Kagome
tertunduk, wajahnya disembunyikan oleh poninya. Kedua telinga anjing yang
berada di puncak kepalanya berkedut kecil tanda bahwa dia tidak melewatkan satu
kata pun yang Kuroichi ucapkan, tanda bahwa dia masih bernafas.
“Lihat
mataku!” perintah Kuroichi “Lihat mataku saat kau sekarat! Mohonlah kepadaku
untuk kematian yang cepat dan tidak menyakitkan, mungkin aku akan berbaik hati
untukmu wanita jalang” suaranya berat dan penuh tekanan di setiap kata.
Inilah
waktu untuknya, pikir Kagome. Dia akan mati disini saat ini, tapi tidak tanpa
membalaskan dendamnya. Dengan tekad kuat dia mengangkat tangan kanannya dengan
segenap kekuatan yang tersisa, mencabik leher lawannya dengan sekali gorokan
cepat menggunakan cakarnya. Kepala lawannya jatuh menggelinding di bawah
kakinya sedangkan tubuhnya masih tegap berdiri di hadapannya, dengan setengah
jijik setengah benci dia menendang kepala itu agar menjauh darinya.
“Tidak!”
Kagome menyeringai mencoba tertawa, tetapi hanya geramanlah yang terselip dari
mulutnya karena tersiksa oleh sakit yang kini menghujamnya. Nafasnya
terengah-engah “Aku tidak akan bisa menatap matamu bila kepalamu tergelatak di
tanah, bodoh!” kata-katanya tersendat-sendat keluar dari mulutnya.
Dia
masih terengah-engah, sakit di bagian perutnya mulai terasa olehnya. Dia
mencabik tangan kanan lawannya hingga terpisah dari lengannya, membuat tubuh
musuhnya ambruk. Darah merah membanjiri sekelilingnya, nafasnya semakin
terengah-engah seiring rasa sakit yang semakin mengepungnya, namun tawa kecil
terselip dari mulutnya yang bermandikan darah.
Dia membuang ludah, mencoba
mengusir rasa Kuroichi dari mulutnya, tangan itu masih menerobos badannya. Dia
mempersiapkan diri untuk rasa yang pasti tidak akan menyenangkan yang akan
dirasakannya, rasa sakit yang akan dirasakannya saat dia menarik tangan itu
keluar dari tubuhnya. Dia memejamkan mata tidak ingin melihat prosesnya untuk mencegah
rasa sakit yang berlebih yang akan dikirim ke otaknya bila ia menyaksikan apa
yang dilakukannya.
“AAARGH!!!”
teriakannya menggema di hutan yang sunyi itu saat dia menarik dengan cepat
tangan itu keluar dari dadanya lalu melemparkannya begitu saja.
Yang
terjadi di luar perkiraan Sesshoumaru, alisnya berkerut. Dia berjalan mendekat,
memancarkan lagi aura yang tadinya ia tutupi. Bau kematian menyeruak
menghampiri penciumannya, matanya memicing melihat ceceran daging yang tadinya
Kuroichi. Seorang Dai youkai, penguasa wilayah kini tergeletak tak bernyawa di
tangan wanita sangat menyedihkan, pikir Sesshoumaru.
Wanita itu kini resmi
memancing rasa penasarannya, wanita yang juga diselubungi oleh bau kematian.
Racun Kuroichi dan keluarganya adalah racun yang terkuat setelah racun dari
keluarganya, racun yang kini mendesis di perut dan lengan wanita itu. Secara
perlahan tetapi pasti membuat daging, organ dalam, tulang, dan apapun yang
disentuhnya lumer. Wanita itu akan mati di padang rumput indah yang telah
ternodai oleh darah dan onggokan daging lawannya yang berceceran.
Kagome
jatuh terduduk saat rasa sakit itu bertambah menjadi berlipat-lipat ganda
dirasakannya, dia menyeret tubuhnya untuk bersandar di batang pohon tak jauh
dibelakangnya. Rasa sakit itu melecut di seluruh inci tubuhnya di setiap
gerakan yang dibuat olehnya, dia melirik sekilas ke perutnya. Tak hanya darah
yang mengalir tapi sesuatu seperti busa, cairan kuning kehijauan, dan benda
berwarna putih kini menjadi hiasan di lubang perutnya yang menganga lebar dan
semakin lebar.
Lukanya
itu tidak menyembuh dengan sendirinya seperti biasanya, “Racun sialan” dia
mengutuk. Dia berhasil mencapai batang pohon tak jauh dibelakangnya lalu
bersandar, Kagome memejamkan mata sesaat sebelum dia merasakan aura youkai lain
yang mendekatinya siapapun itu auranya sangat besar dan kuat. Sepertinya
Kuroichi membawa sekutu, dia mengingkari perjanjiannnya untuk menghadapinya
seorang diri. Dasar youkai keparat, gerutunya dalam hati.
Sebelumnya
ia mengira youkai yang baru saja dipenggalnya adalah youkai yang terkuat yang
ia temui tetapi ternyata dia salah. Sosok putih samar-samar terlihat, tinggi,
anggun, tetapi membawa kesan mematikan dengan aura yang sengaja di pancarkan
seperti itu. Matanya mulai buram entah karena air mata yang menggenangi pelupuk
matanya karena menahan sakit, atau karena memang dia sedang sekarat.
Sosok itu
berjalan mendekat tidak kehilangan sedikitpun keanggunannya saat dia berdiri di
hadapannya, diantara potongan-potongan tubuh yang berceceran dan darah yang
menggenang. Walau dengan pandangannya yang kabur dia bisa melihat dua tatapan
mata yang dingin, garis magenta di kedua pipinya, dan tanda bulan sabit di
dahimya tanda keturunan salah satu inu youkai yang terkuat. Semua tanda itu
melengkapi keanggunannya, ketampanannya, dan kekejamannya yang memancar.
Kagome
menggertakan giginya “Apa yang kau tunggu?” tanyanya kasar “bila kau ingin
membalas dendam cepat lakukan!” suaranya bergetar.
Youkai
asing itu memiliki rambut silver yang sangat panjang, rambut yang hanya
dimiliki oleh keturunan para penguasa youkai, canine youkai. Dia masuk ke dalam
kriteria buruannya, sayangnya sepertinya dia tidak akan bisa menyelasaikan misi
yang diembannya, Kagome tersenyum pahit. Jawaban yang ia tunggu tidak kunjung
datang, youkai itu tetap diam dengan mata menyelidiki.
Kagome
menyandarkan kepalanya, mencoba sekuat tenaga untuk tetap bernafas walau
paru-parunya sudah mulai menyerah oleh racun Kuroichi. Tangannya meraba luka
menganga di perutnya yang menimbulkan suara desisan, dia melihat busa putih di
lukanya semakin banyak. Sial, lukanya tidak akan sembuh racunnya terlalu kuat
pikirnya. Dia tertawa pahit, saat pandangannya berubah hitam pekat. Nafas yang
ia tarik pendek-pendek, berita baiknya dia masih bisa merasakan sakit yang
berarti dia belum mati secepat yang dia bayangkan dan di inginkannya, berita
buruknya adalah kematian yang dinantinya akan menjadi kematian yang perlahan
dan teramat sangat menyakitkan saat racun itu perlahan menggerogoti tubuhnya
melumatnya seperti lilin yang perlahan-lahan dimakan oleh api. Dia tersenyum
membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan ibunya yang dicintainya,
setelah bertahun-tahun lamanya berkelana sendirian di dunia ini.
“Mengapa
kau tersenyum saat kematian merangkulmu?” tanya youkai asing itu.
“Tidak
ada lagi yang tersisa untukku di dunia ini” kata-katanya keluar dengan
terbata-bata, karena butuh segenap usaha dan kekuatan untuk mengeluarkannya
dari mulutnya.
Tujuan
hidupnya telah tercapai? Benarkah? Tanyanya dalam hati. Bila dia keliru tentu
saja dia akan
mati dengan tidak tenang, dia tidak akan bisa menemui ibunya
dengan tersenyum. Dia tidak bisa mati sekarang, masih ada beberapa youkai lagi
yang harus diburunya. Dia tidak hingga dia benar-benar yakin telah membunuh bajingan
itu. Jantungnya berdetak semakin cepat saat racun itu menjalar ke jantungnya,
rintihan terselip dari bibirnya karena sakit yang teramat sangat.
Dia bisa
merasakan kalau dia sekarat, disaat dia ingin hidup disaat itulah dia sekarat
lelucon kejam apalagi yang dipersiapkan Kami-sama untuknya lebih dari ini. Dia
menggeram hingga tidak ada suara lagi yang bisa keluar dari mulutnya disaat dia
merasakan rasa sakit yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya di dunia ini, sakit
yang dia rasakan itu bagaikan duri yang bercabang-cabang menghujam ke dalam
dagingnya lalu duri itu dicabut dengan amat sangat perlahan meninggalkan rasa sakit
yang teramat sangat hingga dia berharap kematian segera menjemputnya bukan
mempermainkannya seperti ini.
Kehidupan
perlahan-lahan meninggalkannya, nafas pendeknya telah terhenti. Matanya telah
kehilangan cahaya kehidupan, jantungnya telah berhenti memompa darah.
Sesshoumaru memicingkan mata, saat mahluk kerdil berwarna hijau pucat dari
dunia bawah mengerubunginya. Mereka mencoba membawa jiwa wanita itu, ke dunia
bawah. Entah mengapa kakinya membawanya mendekat dan semakin mendekat jasad hanyou itu, dan entah mengapa pedang
peninggalan untuknya terus berdetak. Pedang yang tidak bisa dipakai untuk
bertarung itu berdetak, berteriak dan memohon untuk digunakan.
Kegelapan
menyambut Kagome, gelap pekat, dan sunyi. Apakah ini neraka? Tidak bisakah dia
bergabung dengan ibunya di tempat yang lebih baik? Mengapa di dalam kematian
pun tidak ada kebahagiaan untuknya? Apakah di alam lain pun terdapat pembedaan
untuk manusia, hanyou, dan youkai? Bila memang dia tidak bisa berkumpul dengan
ibunya apa yang seharusnya dia harapkan? Keabadian yang menyiksa di dunia fana?
Atau kematian yang gelap dingin dan sunyi selamanya memeluknya di dalam
kehampaan? Siapapun yang menciptakannya tak bisakah merencanakan sedikit saja
kebahagiaan untuknya walau hanya sekerlip kebahagiaan di hatinya setelah
kematian ibunya?
Tenseiga
adalah pedang milik Sesshoumaru peninggalan ayahnya, penguasa wilayah Barat Inu
no Taisho. Pedang itu tidak seperti pedang para penguasa wilayah yang lain,
pedang itu bisa menyelamatkan ribuan nyawa dengan sekali tebasan, entah itu
youkai, manusia, ataupun hanyou seperti wanita ini. Wanita ini, mengapa
Tenseiga ingin sekali menyelamatkannya? Tidak semua orang sekarat ingin
diselamatkan oleh Tenseiga miliknya, hanya satu cara agar ia mengetahui jawaban
yang dicarinya. Bunyi metal bergesekan dengan sarung pedangnya, Sesshoumaru
mengeluarkan pedang dari sarungnya. Dia menjulurkannya di atas tubuh wanita itu
dan dengan satu ayunan dia menebas para mahluk-mahluk dari dunia bawah,
mengembalikan kehidupan yang sempat terlepas kembali kepada wanita itu.
Detak
jantung yang lemah mulai terdengar, paru-paru mulai terisi lagi sedikit demi
sedikit oleh udara. Dia masih belum tersadar, tetapi luka-luka itu perlahan
tetapi pasti mulai menutup. Tidak ada sisa racun yang mengkontaminasi tubuhnya,
detak jantung berdetak normal, aliran darah kembali terpompa ke seluruh
tubuhnya. Dadanya bergerak turun naik di setiap tarikan nafas, Sesshoumaru menyarungkan
kembali Tenseiganya lalu dia berbalik berjalan pergi meninggalkannya
Tiba-tiba
cahaya putih yang membutakan mata menyeruak dan menghantam Kagome, lagi-lagi
dia tenggelam bukan dalam gelap yang pekat, kali ini dia tenggelam dalam cahaya
putih yang hangat. Cahaya yang secara aneh membuatnya bisa merasakan setetes
kecil kebahagiaan, kebahagiaan dan kehangatan yang telah lama dia rindukan.
Matanya terbuka perlahan, pandangannya masih kabur, tetapi penciumannya memberi
tahunya bahwa dia masih di hutan yang sama.
Kilat cahaya kehidupan telah kembali
ke matanya walau mata itu masih memancarkan ketakutan yang amat sangat, wajah
Kagome sangat pucat seakan tidak ada satu tetes darahpun yang mengalirinya. Bau
serpihan musuhnya tercium, dia meraba-raba perutnya yang telah tertutup. Tidak
ada lagi desis daging yang dilumat oleh racun, tidak ada lagi darah mengalir.
Penglihatannya kembali normal, telinga di puncak kepalanya berkedut-kedut ke
arah terdengarnya suara daun yang terinjak. Dia berpaling untuk menatap sosok youkai
asing yang tadi berdiri di hadapannya itu terlihat berjalan meninggalkannya.
“Tunggu!”
niatnya dia ingin berteriak, tetapi yang terdengar oleh telinganya hanyalah
bisikan. “Apakah aku baru saja mati?” bisiknya kepada dirinya sendiri.
Rambut
silvernya yang sangat panjang tertiup semilir angin, pakaiannya yang terbuat
dari sutra dan mokomoko di bahu kanannya bergerak anggun dipermainkan oleh
angin. Kagome yakin youkai itu bisa mendengar walau suaranya hanya seperti
bisikkan, hanya saja youkai itu memilih untuk mengacuhkannya. Kagome bisa mencium
bau senjata youkai itu di dirinya? Dia yakin sekali dia baru saja mati, dan apa
yang dia lakukan padanya? Apakah dia dewa yang memberinya satu kali lagi
kesempatan hidup? Tidak dia bukan dewa karena bau inu youkai menghujam
hidungnya dengan pasti, tetapi baunya. Bau khas youkai itu ada sesuatu yang
aneh dengan baunya.
Matahari
telah bergeser ke langit barat, bayangan pohon telah menjadi lebih panjang dari
aslinya. Angin berbisik, awan-awan melaju perlahan di langit yang membiru
begitu indah. Namun indahnya dunia tertutupi oleh kabut kebencian akan dirinya
sendiri, dendam yang menggerogoti setiap inci hatinya, dan amarah yang tak
berkesudahan.
Dunia indah yang terbentang di hadapannya hanyalah lapangan
pertempuran baginya, tempat dimana hanya ketidak adilan bercokol. Tempat
bersarangnya keserakahan dan kebencian yang menumpahkan semua tetes keringat,
darah, dan air mata di atas jerit tangis penderitaan. Dunia yang tidak akan
berhenti dihiasi oleh pertempuran demi pertempuran. Apakah ada sesuatu yang bernama kedamaian sejati?
Dia
menarik nafas dalam untuk menyimpan bau youkai yang baru saja menolongnya itu
di ingatannya baik-baik, kekuatannya secara perlahan dan lamban mengisi
tubuhnya. Dia menggeser tubuhnya untuk duduk lebih tegak senyum mengembang di
wajahnya membuat dua taringnya muncul, saat memikirkan dewa penolongnya. Sang
dewa penolong akan sangat menyesal karena dia telah menolongnya, karena dia
adalah target selanjutnya. Dia akan sangat menyesal telah menolongnya, tawa
kecil penuh kepahitan terselip dari mulutnya saat dia bangkit berdiri. Sekali
lagi dia kembali harus menghadapi dunia besar, dingin, dan kejam memeluknya.
-----*****-----
A/N: Ceritanya selesai? Nggak!
Critanya baru aja mulai^^ Apa tujuan Kagome? Siapa dewa penolongnya? Penolongnya
pasti udah ketebak kan? Hehehe... btw thx for reading, hope you enjoy it.
Cerita ini sudah sampai belasan chapter ke depan dan akan di posting secara
berkala ;)
Hanyou: Manusia setengah siluman
Youkai: Silluman
Inu Youkai: Siluman anjing
Canine Youkai: Siluman anjing,
serigala, atau sejenisnya.
Youki : Youkai ki -> Kekuatan
yang dimiliki para youkai
Makaze: Evil Wind
Akaiittou: Red Blade
Tidak ada komentar:
Posting Komentar