Kamis, 28 Mei 2015

DEAREST


Dearest,

Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu kau tahu itu, aku hanya tidak bisa menahan diriku sendiri. Maaf aku tidak bermaksud sama sekali, menyayangimu bukanlah rencanaku. Aku tidak bisa mengontrol hatiku untuk merasakan atau tidak merasakan sesuatu, itu terjadi begitu saja. Kau... kau begitu mudah untuk dicintai, perhatianmu, semua tingkah menyebalkanmu, kebisuanmu yang begitu ingin kupecahkan aku menyukai segala yang ada didirimu. Aku tahu kaupun merasakan hal yang sama, semua terasa mudah bila bersamamu kegilaan yang kita lakukan. Tidak ada takut sama sekali menjadi diriku sendiri, kau membuatku nyaman. Aku bisa bercerita semua hal yang aku tahu, semua hal yang menarik untukku, semua kegilaan yang telah aku lakukan tanpa membuat wajahmu mengernyit jijik menjauhiku bahkan kita menertawakannya bersama. Kau begitu melindungiku, mungkin kau tidak mengatakannya tapi perbuatanmu yang menunjukannya. Aku begitu bersyukur telah mengenalmu, pernah menjadi salah satu sahabatmu, kau mengajariku tuk mencintai diriku sendiri, bersyukur atas segala yang telah kumiliki, dan kau telah mengajariku mencintai seseorang dengan tulus tanpa harus memilikinya bila itu memang yang terbaik untuknya.Terima kasih atas pengalaman indah yang telah kau berikan untukku, untuk kasih sayang yang kau curahkan untukku, untuk semuanya. Aku takkan pernah melupakannya

Zafira melipat kertas itu memasukkannya lagi ke amplopnya entah mengapa dia membaca ulang surat tak terkirim untuk sahabat yang disayanginya di hari ini, hari terpenting dalam hidupnya. Matanya terpejam butir kesedihan mengalir dipipinya kenangan itu menghantamnya kesedihan menguap kembali memenuhi dadanya yang sesak karena menahan tangis, ingatan tentang laki-laki yang menjadi sahabat terbaiknya berjalan pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun tanpa menoleh sedikitpun kepadanya berjalan lurus meninggalkannya sendiri terpaku berdiri dengan air mata, meninggalkannya tanpa sepatah kata perpisahan. Meninggalkannya tanpa sempat memberikan surat ini kepadanya, akankah rasa ini suatu saat akan pudar dan menghilang atau tetap berada di dasar hati terdalam selamanya? Surat itu ia letakkan kembali di dasar lemari di tempatnya semula, ia bercermin menghapus sisa kristal kesedihan dari wajah cantiknya yang telah dirias dengan full make-up tetapi lembut. Pintu kamar diketuk oleh ibunya yang memberi tahu bahwa penghulu telah datang dan akad nikahnya siap dimulai 10 menit lagi sesuai rencana. Ia melangkah keluar kamar memberanikan diri menegakan dada berjalan dengan anggun memasang senyum sebagai tirai kebahagiaan semua mata tertuju kepadanya keluarga besarnya, kerabat sahabat, dan keluarga besar Rino. Rino calon suaminya yang juga sahabat dekat Rendi tak berhenti memandang dengan senyum lembutnya. Inilah yang terbaik menurut Rendi sahabat yang teramat dicintainya, dia hanya ingin aku bahagia dia yakin aku akan bahagia. 'Bodoh' teriak Zafira dalam hati, 'betapa yakinnya dia, aku berdoa agar dia benar aku bisa bahagia tanpanya. Dan akupun selalu berdoa agar dia bisa berbahagia dengan siapapun yang ditakdirkan untuknya'.

Author's Note : As aloner i really love reading and writing for my own enjoyment, this is the first story that i posted. Akhirnya, setelah mengumpulkan keberanian *sigh* so here it is i hope whoever who read it, enjoy reading it as much as i enjoy writing it. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar