Kamis, 25 Juni 2015

Tunggu Aku Disana



Aku sudah menyukai senyummu jauh sebelum aku bisa mengendarai sepeda motor, kau selalu menjadi sahabatku. Kita selalu memanjat pohon ceri yang sama, terkadang berkelahi hanya karena kucingmu terkadang menyelinap ke rumahku yang memang hanya berjarak dua rumah dari rumahmu. Banyak hal yang kuingat tentangmu, aku tahu selalu ada sebuah coklat herbentuk payung setiap harinya di dalam kantong seragam sekolah dasarmu untuk kau jadikan makanan penutup setelah kau memakan bekal buatan ibumu. Kau selalu pulang terlambat hampir setiap harinya dibanding yang lain hanya untuk memberi makan ikan di kolam SMP kita. Disaat kau terpuruk karena suatu hal di masa SMA kau selalu mengasingkan diri di balkon atas bagian belakang rumahmu yang terlihat dari jendela kamarku, untuk menenangkan diri memandang langit. Disaat itu aku melihatmu seperti malaikat yang jatuh dari langit indah tempatmu berasal, terjerembap diantara baju, celana, dan kaos kaki yang sedang dijemur.

Entah sejak kapan aku mulai memendam perasaan ini untukmu, rasa itu tumbuh secara alami didiriku sama halnya seperti melihatmu tumbuh dari gadis tomboy kini menjadi gadis tangguh, pintar, dan  penyayang yang kukagumi. Hanya ada satu hal yang ingin kubuang jauh-jauh dari dirimu yaitu kesedihan yang terpancar dari wajahmu, Apapun penyebab kesedihan itu aku akan menghapusnya, dan aku ingin agar aku bisa selalu menjadi alasan kau tersenyum bahagia, karena aku menyayangimu setulus hatiku.

---***---

Kudekap surat itu kedadaku, surat yang dia berikan untukku saat kami kuliah di universitas yang sama, 20 tahun telah berlalu tapi perasaan itu masih terasa segar. Tanpa terasa air mataku menetes turun di pipiku, kesedihanku tak terbendung lagi, aku terisak menahan pilu kehilanganya. Enam minggu telah berlalu sejak pertama malaikat maut memisahkan kita, tak dapat kupercaya. Namun kenyataan menghantamku seperti sebuah bongkahan batu besar yang dijejalkan ke dalam dadaku yang sesak dan membuatnya semakin sesak, membuat nafasku tercekat. Dadaku berguncang, surat itu kini basah oleh kesedihan karena kehilangan sebagian diriku. Aku menyayanginya amat sangat menyayanginya, tidak ada yang lain yang bisa menyayangiku dengan tulus selain dirinya. Hari ini genap 17 tahun usia pernikahanku yang bahagia dengannya, aku merindukannya ingin sekali kubertemu dengannya. Tapi aku harus bertahan sedikit lebih lama menahan kerinduanku untuk bertemu denganya demi buah cintaku dengannya. Aku berjanji melakukan yang terbaik semampuku untuk merawat, mendidik, dan menjaga mereka. Agar dia bisa tersenyum bangga disana, di kehidupan yang lain. Suatu saat nanti aku yakin kita akan berkumpul disana di tempat yang tidak ada tangis kesedihan, tidak ada lagi kesengsaraan. Yang ada hanya keindahan, kehangatan dalam dekapan orang yang tersayang karena kasih sayang-Nya.

Author's Note: Entah kenapa saat dengerin lagu "Little Things" nya 1D yang kebayang cerita ini, ~.~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar